Logo Bloomberg Technoz

Harga Minyak Mendidih Gegara OPEC+, Manufaktur RI dalam Bahaya

Tara Marchelin
04 April 2023 10:30

Ilustrasi Pabrik Tekstil. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi Pabrik Tekstil. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Para pelaku industri di Indonesia mulai waswas terhadap dampak keputusan pemangkasan produksi minyak oleh anggota OPEC+ ke sektor manufaktur dalam negeri.

Wakil Ketua Bidang Manufaktur Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Johnny Darmawan menjelaskan, secara teoretis, kenaikan harga minyak dunia akan berimbas langsung pada pembengkakan ongkos produksi manufaktur; khususnya terkait dengan komponen biaya energi.

Hal itu disebutnya memberi tekanan ekstra bagi kinerja sektor manufaktur di Tanah Air, yang selama ini sudah didera isu penurunan permintaan, khususnya dari pasar global. Bagaimanapun, dia belum dapat mengalkulasi seberapa signifikan potensi kenaikan ongkos produksi manufaktur akibat risiko inflasi biaya energi tersebut.

Aktivitas manufaktur Indonesia sebenarnya masih sanggup bertahan dalam fase ekspansi. Per Maret 2023, S&P Global melaporkan Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia berada di level 51,9, naik tipis dari bulan sebelumnya di titik 51,2 sekaligus memarkahi level tertinggi sejak September 2022.

Pemerintah harus melakukan intervensi untuk membantu supaya industri tidak makin parah. Begitu asumsinya kalau sudah worst case.

Wakil Ketua Bidang Manufaktur Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Johnny Darmawan

PMI di atas 50 mengindikasikan industriawan sedang menjalani fase ekspansi. Berdasarkan catatan S&P Global, aktivitas manufaktur Indonesia sudah 19 bulan beruntun mengalami ekspansi.