Ekonom senior Grup Rabobank Maartje Wijffelaars mengatakan di beberapa bagian di Eropa, harga pangan naik dengan kecepatan yang tidak pernah terjadi dalam sejarah pascaperang. Data minggu lalu menunjukkan inflasi di kawasan euro turun menjadi 6,9% di bulan Maret. Di Prancis, melambat menjadi 6,6%. Namun, harga pangan naik menjadi sekitar 16%. Hal serupa terjadi di Jerman, di mana inflasi makanan di atas 20%.
Hal itu mendorong lebih banyak pemerintah di negara-negara Eropa untuk meningkatkan langkah untuk membendung laju kenaikan, kebijakan yang biasanya ditempuh oleh negara-negara berpenghasilan rendah. Portugal telah menghapus pajak untuk barang-barang esensial, Prancis telah mendorong supermarket untuk menekan margin, dan Swedia meningkatkan pengawasan terhadap pedagang grosir.
"Anda tidak berpikir itu akan terjadi di Eropa, tetapi dengan harga makanan naik 15-20%, untuk beberapa bahan makanan bahkan lebih, pemerintah menjadi semakin gugup," kata Angel Talavera, kepala ekonomi Eropa di Oxford Economics.
“Inflasi pangan benar-benar merusak dan terutama menjelang pemilu, itu membuat masyarakat sangat murka.”
Mengatasi inflasi makanan lebih rumit ketimbang intervensi di pasar energi yang lebih teratur. Berbagai faktor telah mendorong harga naik, mulai dari kekeringan dan gangguan arus perdagangan hingga biaya pupuk dan penyakit seperti flu burung. Selain itu, biaya energi dan tenaga kerja yang lebih tinggi juga menekan produsen dan penanam makanan.
Berikut adalah langkah-langkah yang menargetkan harga pangan oleh pemerintah negara-negara Eropa dalam beberapa bulan terakhir:
Pemotongan Pajak
Portugal, di mana harga makanan naik lebih dari 20% dari tahun ke tahun, untuk sementara waktu akan memangkas pajak pertambahan nilai menjadi nol untuk bahan makanan penting. Ini adalah negara teranyar yang mengambil tindakan tersebut setelah negara-negara lainnya seperti Polandia dan Spanyol.
Di Spanyol, langkah-langkah terkait pajak mencakup makanan pokok seperti roti dan minyak zaitun. Namun, itu belum cukup untuk membendung kenaikan harga.
Perdana Menteri Pedro Sanchez pun tertekan sebab ia akan menghadapi pemilu pada akhir tahun. Mitra koalisi juniornya, partai sayap kiri Unidas Podemos, menyerukan pembatasan harga makanan dan diskon 14% untuk 20 barang pokok.
Polandia berencana untuk mempertahankan pajak makanan nol hingga paruh pertama tahun ini, dan dapat memperpanjangnya lagi apabila dibutuhkan. Sementara pemerintah Italia sedang mempertimbangkan kebijakan pemotongan pajak untuk kebutuhan dasar seperti pasta, roti, dan susu.
Batas Harga
Batasan harga makanan adalah intervensi agresif yang tidak ingin diterapkan oleh banyak pemerintah di negara-negara Eropa dan selalu ada risiko bumerang. Hungaria pada awal 2022 memperkenalkan batasan tersebut tapi inflasi harga makanan mereka meningkat hingga hampir 50%.
Dalam pembatasan itu berarti pengecer harus menjual barang-barang tertentu dengan kerugian dan untuk mengimbanginya mereka menaikkan harga produk lain.
Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban mengatakan pekan lalu bahwa langkah-langkah tersebut telah membantu inflasi tapi mengakui bahwa itu mengacaukan pasokan.
Dana Moneter Internasional (IMF) bulan lalu mengkritik langkah-langkah yang meredam kenaikan harga itu sebagai upaya yang kurang optimal. Menurut IMF, bantuan tunai dengan target adalah cara yang paling hemat biaya untuk meringankan beban rumah tangga yang rentan.
Tekanan Ritel
Untuk beberapa pemerintahan di Eropa, tantangan mereka adalah bagaimana melindungi konsumen tanpa mengganggu pasar.
Di Prancis, di mana kenaikan harga makanan mendorong inflasi ke rekor pada Februari, Presiden Emmanuel Macron menghadapi tekanan tambahan dari unjuk rasa massal terhadap reformasi pensiun.
Pemerintahan Macron telah bernegosiasi dengan supermarket yang memungkinkan mereka memajang barang murah dengan stiker resmi bendera nasional pada barang-barang esensial yang harganya dipotong. Dengan kebijakan ini perusahaan diperkirakan akan untung beberapa ratus juta euro selama tiga bulan.
Pemerintah Portugal juga bekerja sama dengan pengecer dan produsen makanan untuk mencoba menurunkan harga. Modelo Continente, jaringan supermarket terbesar di negara itu, mengatakan bersedia menerima margin keuntungan yang lebih rendah untuk menyerap beberapa kenaikan harga.
Pengawasan yang Lebih Ketat
Dengan konsumen yang terjepit daya belinya dan banyak perusahaan menikmati keuntungan, ada tuduhan bahwa dampak inflasi itu hanya menimpa para konsumen.
Di Portugal, supermarket menjadi target inspeksi harga, dan Spanyol telah memulai pertemuan bulanan dengan toko, perusahaan transportasi, dan petani makanan untuk memastikan pemotongan pajak berdampak harga yang lebih rendah bagi konsumen.
Di Swedia, pedagang grosir diawasi ketat setelah data menunjukkan bahwa harga pangan naik dengan laju tercepat sejak awal 1950-an. Hal ini mendorong seruan untuk pembatasan harga, dan tiga pengecer makanan terbesar pun dipanggil oleh menteri keuangan negara.
Dengan hampir 90% sektor grosir Swedia didominasi oleh tiga pengecer, pemerintah pun akan meningkatkan pendanaan untuk pengawasan.
Norwegia melakukan langkah serupa. Mereka mengatakan akan memberikan pengawas "otot yang lebih besar" untuk intervensi "lebih awal dan lebih luas di mana terjadi masalah persaingan."
--Dengan asistensi Jeremy Diamond, Rodrigo Orihuela, Ott Ummelas, Jonas Ekblom, Thomas Hall, Henrique Almeida, Joao Lima, William Horobin, Niclas Rolander, Piotr Skolimowski, Alonso Soto, dan Zoltan Simon
(bbn)