Won Korea melemah 0,39%, lalu dolar Singapura 0,19%, ringgit 0,16%. Sedangkan yuan China melemah 0,04%.
Indeks dolar AS memang kembali bangkit sejak dini hari tadi pada penutupan pasar Amerika di kala yield Treasury, surat utang AS, turun ke 4,2%.
Rupiah bukan hanya terdesak oleh dolar AS yang kembali perkasa. Aksi jual yang marak di pasar surat utang dan saham domestik juga menyeret rupiah lebih buruk.
IHSG anjlok hampir 2% dan kini terkulai di 6.734,88. Sedangkan yield surat utang negara mayoritas juga naik, indikasi ada tekanan harga obligasi.
Yield 10Y kembali menapak ke 7,165%. Tenor 5Y juga naik jadi 7,089%, tenor 1Y naik ke 6,793%. Pemodal asing terlihat getol melepas posisi di mana di pasar SBN penjualan nonresiden mencapai puncak tertinggi dalam tiga bulan terakhir, sekitar Rp800-an miliar pada 12 Juni lalu.
Hengkang investor dari pasar Indonesia jelang libur panjang terpicu oleh ketakutan akan risiko fiskal Indonesia di bawah pemerintah baru mendatang.
Pemerintahan baru di bawah Prabowo Subianto dikabarkan berencana menaikkan rasio utang hingga 50% dari Produk Domestik Bruto (PDB), demi mendanai berbagai program populis berbiaya besar seperti makan siang gratis hingga meneruskan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Rasio utang 50% dari PDB itu akan menjadi yang tertinggi dalam dua dekade terakhir.
Mengutip sumber Bloomberg, Jumat (14/6/2024), pemerintahan Prabowo berniat menaikkan rasio utang sebesar 2 poin persentase setiap tahun selama 5 tahun ke depan, berdasarkan informasi dari orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.
Peningkatan bertahap akan memberikan ruang bagi tim ekonominya untuk menyesuaikan diri terhadap hambatan apa pun, dibandingkan dengan menambah utang sekaligus, kata sumber tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya membahas masalah-masalah pribadi.
Hal ini akan membuat utang Indonesia mendekati 50% dari PDB pada akhir masa jabatan lima tahunnya dari sekitar 39% pada tahun ini, yang berpotensi mencapai tingkat tertinggi sejak 2004.
Walaupun Prabowo telah membicarakan kemungkinan meningkatkan utang negara selama kampanyenya, komitmen untuk melakukan hal tersebut dan perincian bagaimana hal itu akan dilakukan sebelumnya tidak diketahui.
Langkah ini akan menandai perubahan penting bagi negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, yang selama ini mengandalkan kebijakan fiskal konservatif untuk menjaga kepercayaan investor.
(rui)