Sementara, Hang Seng (Hong Kong) ambruk mencapai 0,61%, Straits Time (Singapura) tertekan 0,64%, KLCI (Malaysia) kehilangan 0,24%, PSEI (Filipina) drop 0,11%, dan juga SETI (Thailand) melemah 0,080,30%.
Dari dalam negeri, depresiasi rupiah menjadi sentimen negatif yang amat berat bagi IHSG. Siang ini, rupiah kembali lesu di hadapan dolar Amerika Serikat.
Pada pukul 14.47 WIB, US$ 1 setara dengan Rp16.422. Rupiah ambruk 0,94%.
Bahkan pagi tadi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka langsung anjlok dalam, sejak pembukaan perdagangan pasar spot, Jumat (14/6/2024) melampaui level terlemah sejak 2020 silam.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah spot dibuka langsung ambles ke Rp16.358/US$ pada pukul 09.55 WIB, menjadi valuta Asia dengan pelemahan terdalam di kawasan, tertekan mencapai 0,54% nilai dari posisi penutupan hari sebelumnya.
Level itu menjadi posisi terlemah rupiah sejak April 2020 ketika pandemi Covid-19 menjalar dan membawa rupiah melampaui Rp16.000/US$, sekaligus semakin mendekati level terlemah rupiah sepanjang sejarah yang pecah di Rp16.575/US$.
Adapun rupiah tertekan lantaran indeks dolar AS yang makin perkasa di 105,538 pada sore hari ini. Pelemahan rupiah juga dipicu oleh aksi jual yang masif di pasar Surat Utang.
Imbal hasil surat utang juga makin melesat naik –indikasi tekanan harga– ke level 7,145% untuk tenor 10Y. Tenor 5Y juga menanjak ke 7,090%, sedangkan tenor 2Y meninggi ke 6,722%.
Dari pasar surat utang, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) berkurang tersisa Rp804,78 triliun pada 12 Juni kemarin, melansir data Kementerian Keuangan.
Pada data tersebut, investor asing mencatat penjualan bersih di SBN mencapai Rp802,43 miliar yang menjadi nilai penjualan tertinggi obligasi negara oleh investor asing dalam tiga bulan.
Pemerintahan baru di bawah Prabowo Subianto dikabarkan berencana menaikkan rasio utang hingga 50% dari Produk Domestik Bruto, demi mendanai berbagai program populis berbiaya besar seperti makan siang gratis hingga meneruskan pembangunan Ibu Kota Nusantara.
Rasio utang 50% dari PDB itu akan menjadi yang tertinggi dalam dua dekade.
Mengutip sumber Bloomberg, Jumat (14/6/2024), Pemerintahan Prabowo berniat menaikkan rasio utang sebesar 2 poin persentase setiap tahun selama 5 tahun ke depan, berdasarkan informasi dari orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.
Peningkatan bertahap akan memberikan ruang bagi tim ekonominya untuk menyesuaikan diri terhadap hambatan apa pun, dibandingkan dengan menambah utang sekaligus, kata sumber tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya membahas masalah-masalah pribadi.
(fad)