Rycko mengeklaim BNPT akan mengedepankan program preentif, preventif, dan persuasif. Harapannya, kata dia, ideologi terorisme bisa diredam hingga akarnya. Dengan demikian, pemberantasan bisa dilakukan secara menyeluruh.
Menurut dia, penegakan hukum adalah pilihan terakhir dalam program pemberantasan terorisme. "Preventive is better than cure. Prevention first. The law enforcement only the ultimum remedium strategy [pencagahan lebih baik dari pada penyembuhan. Utamakan pencegahan. Penegakan hukum hanyalah strategi 'ultimatum remedium']," kata mantan ajudan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut.
Jokowi melantik Rycko sebagai Kepala BNPT baru untuk menggantikan Komjen Boy Rafli Amar yang memasuki usia pensiun, pada Maret.
Saat menjadi polisi reserse, dia bersama Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian yang saat itu sama-sama tergabung dalam Tim Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri, berhasil melumpuhkan pentolan kelompok terorisme, Dr Azahari di Batu, Jawa Timur, pada 2005.
Rycko juga memiliki sederet karier moncer dengan mengampu sejumlah jabatan strategis seperti Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sumatra Utara, 2016; Gubernur Akademi Kepolisian, 2017; Kapolda Jawa Tengah, 2019; Kepala Badan Intelejen dan Keamanan (Kabaintelkam) Polri, 2020; dan Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Kalemdiklat) Polri, 2021.
(frg/wdh)