Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Sekuritas Bank Indonesia (BI) Edi Susianto mengungkapkan bank sentral masuk pasar untuk menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), agar kepercayaan pasar tidak sampai turun. 

Hal itu Edi ungkapkan merespons rupiah yang dibuka nyaris ke level Rp16.400/US$ dalam pembukaan perdagangan hari ini Jumat (14/6/2024). Rupiah terperosok hingga ke level Rp16.358/US$ pada pukul 09:55 WIB. 

Bank Indonesia (BI) mengungkapkan beberapa strategi yang dilakukan untuk menjaga nilai tukar rupiah, salah satunya dengan melakukan langkah triple intervention.

“Jangan sampai confidence market (kepercayaan pasar) menurun, melalui triple intervention. Keseimbangan supply demand valas harus tetap terjaga,”  kata Edi saat dihubungi, Jumat (14/6/2024).

Pelemahan rupiah pagi ini karena tergilas rebound dolar Amerika Serikat (AS) yang kembali bangkit meski data inflasi Amerika Serikat (AS) menunjukkan pelemahan yang membuka jalan lebih lebar bagi Federal Reserve untuk menurunkan bunga tahun ini.

Pelemahan rupiah pagi ini menjadi yang terdalam di Asia hingga 0,54%. Sementara mata uang Asia lain yang juga melemah tidak sedalam itu. Won Korea tergerus 0,23%, lalu dolar Taiwan 0,17%, ringgit 0,11% dan peso 0,06%.

Indeks dolar AS terpantau makin menguat di 105,20. Dolar AS kembali menguat lantaran terungkit penurunan imbal hasil Treasury, surat utang AS, yang turun lagi pasca data inflasi harga produsen melansir angka yang rendah. Yield UST-10Y kini ada di 4,25%. Seharusnya penurunan imbal hasil Treasury menjadi sentimen yang baik bagi rupiah. Namun, hari ini mungkin terjadi sebaliknya.

Data inflasi harga konsumen dan produsen AS yang rendah memang mendorong imbal hasil turun. Akan tetapi, dolar diuntungkan karena prospek inflasi memitigasi dampak penurunan yield yang lebih rendah tersebut. 

Seperti diketahui, mata uang dipengaruhi oleh ekspektasi inflasi yang mempengaruhi nilai riil sebuah valuta. Di Amerika, ekspektasi inflasi sebenarnya sudah turun, tecermin dari penurunan di pasar swap inflasi tanpa kupon yang turun 15 bps pada Rabu lalu.

Akan tetapi, pada saat yang sama, penurunan swap suku bunga gagal mengimbangi penurunan ekspektasi inflasi di mana berdasarkan dot plot FOMC The Fed, bunga acuan kemungkinan hanya turun satu kali tahun ini. Alhasil, ekspektasi terhadap suku bunga riil di AS tetap tinggi dan membuat the greenback di atas angin.

(mfd/lav)

No more pages