Pelemahan rupiah pagi ini menjadi yang terdalam di Asia hingga 0,54%. Sementara mata uang Asia lain yang juga melemah tidak sedalam itu. Won Korea tergerus 0,23%, lalu dolar Taiwan 0,17%, ringgit 0,11% dan peso 0,06%.
Indeks dolar AS terpantau makin menguat di 105,20. Dolar AS kembali menguat lantaran terungkit penurunan imbal hasil Treasury, surat utang AS, yang turun lagi pasca data inflasi harga produsen melansir angka yang rendah. Yield UST-10Y kini ada di 4,25%. Seharusnya penurunan imbal hasil Treasury menjadi sentimen yang baik bagi rupiah. Namun, hari ini mungkin terjadi sebaliknya.
Data inflasi harga konsumen dan produsen AS yang rendah memang mendorong imbal hasil turun. Akan tetapi, dolar diuntungkan karena prospek inflasi memitigasi dampak penurunan yield yang lebih rendah tersebut.
Seperti diketahui, mata uang dipengaruhi oleh ekspektasi inflasi yang mempengaruhi nilai riil sebuah valuta. Di Amerika, ekspektasi inflasi sebenarnya sudah turun, tecermin dari penurunan di pasar swap inflasi tanpa kupon yang turun 15 bps pada Rabu lalu.
Akan tetapi, pada saat yang sama, penurunan swap suku bunga gagal mengimbangi penurunan ekspektasi inflasi di mana berdasarkan dot plot FOMC The Fed, bunga acuan kemungkinan hanya turun satu kali tahun ini. Alhasil, ekspektasi terhadap suku bunga riil di AS tetap tinggi dan membuat the greenback di atas angin.
(mfd/lav)