Anjloknya IHSG hingga nyaris 1% beriringan dengan jebolnya rupiah, yang mendekati level psikologis terlemah baru di Rp16.400/US$.
Kekhawatiran meningkat cepat di kalangan para pemodal yang mencemaskan kondisi fiskal Indonesia di bawah pemerintahan baru nanti yang dikabarkan akan mengerek rasio utang hingga 50% demi mendukung berbagai program populis.
IHSG anjlok nyaris 1%. Sementara, di pasar surat utang semua kurva terlihat mencatat kenaikan imbal hasil, cermin tekanan harga. Yield SUN 10Y kembali naik ke 7,021%, sedangkan tenor 2Y saat ini di 6,667%. Tenor 5Y kini sudah menjebol 7,039%.
Pemodal asing sudah melepas US$2,2 miliar saham dari bursa Indonesia sejak awal April saja. Dari pasar surat utang, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) berkurang tinggal Rp804,78 triliun per 12 Juni lalu menurut data Kementerian Keuangan.
Pada hari itu, asing mencatat penjualan bersih di SBN senilai Rp802,43 miliar.
Mengutip sumber Bloomberg, Jumat (14/6/2024), pemerintahan Prabowo berniat menaikkan rasio utang sebesar 2 poin persentase setiap tahun selama 5 tahun ke depan, berdasarkan informasi dari orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.
Peningkatan bertahap akan memberikan ruang bagi tim ekonominya untuk menyesuaikan diri terhadap hambatan apa pun, dibandingkan dengan menambah utang sekaligus, kata sumber tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya membahas masalah-masalah pribadi.
Hal ini akan membuat utang Indonesia mendekati 50% dari PDB pada akhir masa jabatan lima tahunnya dari sekitar 39% pada tahun ini, yang berpotensi mencapai tingkat tertinggi sejak 2004.
Walaupun Prabowo telah membicarakan kemungkinan meningkatkan utang negara selama kampanyenya, komitmen untuk melakukan hal tersebut dan perincian bagaimana hal itu akan dilakukan sebelumnya tidak diketahui.
Langkah ini akan menandai perubahan penting bagi negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, yang selama ini mengandalkan kebijakan fiskal konservatif untuk menjaga kepercayaan investor.
Pemerintah Indonesia selama ini secara ketat mematuhi batas defisit anggaran sebesar 3% dari PDB dan rasio utang terhadap PDB maksimum sebesar 60% sejak Krisis Keuangan Asia 1997, kecuali selama pandemi. Hal itu telah membantu utang Indonesia mendapatkan kembali peringkat layak investasi meskipun pendapatan negara masih lemah.
Rasio utang sebesar 50% dipandang sebagai tingkat optimal karena akan meyakinkan investor akan komitmen Indonesia terhadap kehati-hatian fiskal, sementara rasio utang yang lebih tinggi dari 60% dapat menimbulkan kekhawatiran pasar, tambah narasumber tersebut.
(fad/dhf)