Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pelaku usaha mengingatkan pemerintah untuk lebih bijak dalam menentukan program dan proyek prioritas yang membutuhkan anggaran besar tahun depan, terlebih setelah peringkat saham Indonesia diganjar dengan kinerja underweight oleh perusahaan perbankan investasi kakap Morgan Stanley.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Ketenagakerjaan Bob Azam mengatakan, sebenarnya peringkat underweight yang diberikan kepada Indonesia tidak terlepas dari kondisi ekonomi global yang juga sedang melemah dan menyebabkan ekonomi domestik tertatih untuk kembali pulih.

“Tadinya kan diharapkan tahun ini [pulih] ya, tetapi mungkin akan tertunda. Ya ini kan dipengaruhi juga oleh tingkat suku bunga yang masih tetap tinggi, sehingga masih ada tekanan terhadap ekonomi global. Nah, itu salah satu isu yang kami hadapi saat ini,” ujarnya, dihubungi Jumat (14/6/2024). 

Ilustrasi Morgan Stanley. (Dok: Bloomberg)

Ditambah lagi pasar ekspor juga dalam situasi tertekan lantaran banyak negara yang mengalihkan permintaan mereka kepada pasar domestik. Menanggapi hal itu, Bob menilai Indonesia semestinya juga bisa melihat pasar domestik sebagai andalan.

Cuma masalahnya kan masing-masing butuh likuiditas nih. Pemerintah butuh likuiditas untuk membiayai program-program, untuk APBN, untuk mengeksekusi janji-janji kepada masyarakat,” ujarnya.

Di sisi lain, lanjutnya, pasar juga membutuhkan likuiditas untuk mempertahankan daya beli, agar pasar domestik juga bisa dijadikan alternatif basis konsumsi di tengah pelemahan permintaan ekonomi dunia. Lalu, otoritas moneter atau Bank Indonesia (BI) juga membutuhkan likuiditas untuk mengendalikan mata uang.

“Nah jadi tiga-tiganya [pemerintah, pasar, dan bank sentral] butuh likuiditas. Jadi mana yang mau kita prioritaskan? Tentunya investor akan lebih melihat seberapa daya beli itu bisa ditingkatkan,” kata Bob.

“Jadi menurut saya ini lebih ke arah bagaimana membangun prioritas. Dengan dana yang terbatas, prioritas kita mau ke mana? Nah jadi ke depannya pemerintah harus berhati-hati dengan kebijakan fiskalnya.”

Dengan kata lain, dia menekankan pemerintah harus lebih memprioritaskan hal-hal yang penting, dan mengurangi anggaran-anggaran yang tidak urgen.

“Kemudian menunda juga beberapa proyek-proyek yang tidak berdampak pada ekonomi. Atau tidak berdampak langsung kepada ekonomi kita. Mulai memperhatikan membangun daya beli masyarakat,” tegasnya.

Dampak ke Pengusaha

Lebih lanjut, Bob mengaku belum dapat menakar bagaimana dampak berjenjang dari pemeringkatan Morgan Stanley tersebut terhadap dunia usaha dan sektor riil dalam waktu dekat. Apalagi, dunia usaha di Tanah Air saat ini sedang dalam posisi yang tidak ekspansif.

“Kalau ekspansif kan memang kita membutuhkan modal kerja dan lain sebagainya. Nah, sekarang posisi kita memang membangun pasar dalam negeri sebagai alternatif dari pasar ekspor,” tutur Bob.

Sebagai informasi, Morgan Stanley menurunkan peringkat ekuitas Indonesia menjadi underweight. Penurunan peringkat ini lantaran lembaga keuangan tersebut melihat adanya risiko berinvestasi, terutama saham di Indonesia.

Dilansir dari Bloomberg, Rabu (12/6/2024), tim strategi, termasuk Daniel Blake, melihat adanya ketidakpastian jangka pendek mengenai arah kebijakan fiskal di masa depan serta beberapa pelemahan di pasar valas di tengah-tengah suku bunga AS yang masih tinggi dan prospek dolar AS yang menguat.

Janji-janji kampanye Presiden Indonesia terpilih Prabowo Subianto, seperti proposal untuk penyediaan makan siang dan susu untuk siswa, juga dapat menimbulkan “beban fiskal yang substansial”.

Perubahan sikap Morgan Stanley terjadi ketika dolar mulai menunjukkan tren yang lebih tinggi menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve pada Rabu (12/6/2024) dan keputusan Bank Indonesia pada pekan depan.

(wdh)

No more pages