Saham BMRI turun 0,85% ke level Rp5.825/saham. Level ini tercapai setelah 50,42 juta saham ditransaksikan senilai Rp292,93 miliar.
Kemudian, saham BBNI turun 2,01% ke level Rp4.390/saham. Nilai transaksi sebesar Rp79,77 miliar dengan volume transaksi 18,07 juta saham.
Hanya saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang menguat di jajaran empat bank besar. Harganya naik 25 poin atau setara 0,27% ke level Rp9.225/saham.
Penyebab Rupiah Jebol
Pelemahan rupiah pagi ini karena tergilas rebound dolar Amerika Serikat (AS) yang kembali bangkit meski data inflasi Amerika Serikat (AS) menunjukkan pelemahan yang membuka jalan lebih lebar bagi Federal Reserve untuk menurunkan bunga tahun ini.
Pelemahan rupiah pagi ini menjadi yang terdalam di Asia hingga 0,54%. Sementara mata uang Asia lain yang juga melemah tidak sedalam itu. Won Korea tergerus 0,23%, lalu dolar Taiwan 0,17%, ringgit 0,11% dan peso 0,06%.
Indeks dolar AS terpantau makin menguat di 105,20. Dolar AS kembali menguat lantaran terungkit penurunan imbal hasil Treasury, surat utang AS, yang turun lagi pasca data inflasi harga produsen melansir angka yang rendah. Yield UST-10Y kini ada di 4,25%. Seharusnya penurunan imbal hasil Treasury menjadi sentimen yang baik bagi rupiah. Namun, hari ini mungkin terjadi sebaliknya.
Data inflasi harga konsumen dan produsen AS yang rendah memang mendorong imbal hasil turun. Akan tetapi, dolar diuntungkan karena prospek inflasi memitigasi dampak penurunan yield yang lebih rendah tersebut.
Di sisi lain, depresiasi rupiah menimbulkan risiko di sektor riil. Untuk sektor perbankan, risiko ini ditranslasikan sebagai potensi membesarnya kredit macet atau non-performing loan (NPL).
Selain itu, depresiasi rupiah juga meningkatkan kemungkinan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan. Ini turut menjadi sentimen negatif untuk saham perbankan.
(fad/dhf)