Bloomberg Technoz, Jakarta - Judi online semakin marak di kalangan masyarakat. Sebenarnya apa yang membuat hal ini terus dipergunakan masyarakat?
Psikolog anak, remaja dan keluarga Novita Trandy mengatakan hidup pada zaman teknologi sekarang untuk mendapatkan gratifikasi atau kesenangan diri begitu mudah apalagi dengan gadget. Seperti mendengarkan lagu atau menonton film kesukaan.
Dengan hal tersebut masyarakat tak ingin lagi melalui proses yang ruwet dan lama untuk mendapatkan keberhasilan atau kesenangan diri yang pada akhirnya menimbulkan adiksi atau kecanduan.
"Ya mudah sekali, oh cuman sedikit kok cuman berapa ribu hanya berapa puluh ribu, lama-lama naik menjadi berapa ratus ribu, tanpa sadar akhirnya menjadi adiksi," kata Novita kepada Bloomberg Tecnoz, dikutip Jumat (14/6/2024).
Bagaimana ciri-ciri kecanduan? Novita mengatakan bahwa pada kondisi ini sudah dikatakan tidak normal.
"Adiksi apapun, kalau kecanduan sudah pasti berlebihan. Misalnya pendapatan berapa, yang dihabiskan untuk judi online melebihi kapasitas yang ada," katanya.
"Jadi, mengeluarkan budget, pertama adiksi jadi secara normal, otaknya sudah tidak berpikir secara logis lagi, jadi sudah tidak tahu konsekuensinya apa,"tambahnya.
Disebutkan seseorang yang mengalami adiksi sudah tidak bisa membedakan yang mana realitas dan fantasi.

"Maunya kaya tetapi tidak mau capek, padahal kita tahu lewat judi online, yang namanya judi online dilarang semua agama," lanjutnya.
Menurut Novita, bukan masyarakat saja yang diberikan edukasi tetapi juga pemerintah harus menutup semua judi online.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkomentar akan masih maraknya perjudian di kalangan masyarakat. Ia pun meminta agar masyarakat benar-benar menjauhi praktek judi secara langsung.
Lebih baik kalau ada rezeki, ada uang, itu ditabung atau dijadikan modal usaha," kata Jokowi dalam akun media sosial pribadinya di Instagram, Kamis (13/6/2024).
Menurut dia, dampak buruk dari perjudian semakin sering terjadi. Perjudian, kata dia, memicu sejumlah masalah sosial seperti terkurasnya harta, perceraian suami-istri, munculnya sejumlah kejahatan dan kekerasan.
"Bahkan, tidak sedikit yang menimbulkan korban jiwa," kata Jokowi.
(dec/roy)