“Jadi di bursa biasanya ada pemain atau broker, dia membeli bukan karena butuh, tetapi mencari keuntungan. Misalnya pada saat harga turun, maka dia beli, kemudian terjadi kenaikan harga, dan dia akan jual pada saat harga naik,” ujarnya.
Dengan demikian, negara penghasil nikel seperti Indonesia bakal terdampak bila harga mengalami penurunan.
Namun, faktor spekulasi juga bisa memberikan keuntungan kepada Indonesia bila harga nikel tengah mengalami kenaikan.
Nikel diperdagangkan di level US$17.645/ton di LME pada penutupan perdagangan Kamis (13/6/2024), turun 2,3% dari penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Produk nikel olahan Indonesia akhirnya melantai di LME dengan kode ‘DX-zwdx’. Menyitir situs resmi LME, merek tersebut merupakan nikel asal Morowali, Sulawesi Tengah yang diproduksi oleh PT CNGR Ding Xing New Energy.
Adapun, perusahaan tersebut merupakan patungan antara CNGR Advanced Material asal China dan Rigqueza International Pte asal Indonesia yang memiliki kapasitas produksi 50.000 metrik ton (mt) per tahun.
(dov/wdh)