Logo Bloomberg Technoz

Batu Bara Makin ‘Dimusuhi’ Dunia, Pensiun PLTU Harus Dipaksakan?

Dovana Hasiana
14 June 2024 09:30

PLTU Paiton di Probolingggo, Jawa Timur./dok. PLN
PLTU Paiton di Probolingggo, Jawa Timur./dok. PLN

Bloomberg Technoz, Jakarta – Kalangan penambang mendorong pemerintah untuk kembali mempertimbangkan rencana suntik mati pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batu bara, meski komoditas tersebut makin dijauhi banyak negara pada era transisi energi.

Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Indonesia atau Indonesia Mining Association (IMA) Rachmat Makkasau mengatakan, alih-alih melakukan suntik mati PLTU, pemerintah masih bisa mendorong penggunaan batu bara sembari menjalankan program energi baru, terbarukan dan konservasi energi (EBTKE).

"Saya yakin kalau itu dibalik dan arahnya adalah boost batu bara, boost EBTKE dengan cara yang lebih baik. Mungkin 2045, [emisi nol bersih] akan lebih cepat tercapai karena kita tidak perlu mengeluarkan dana banyak untuk membangun atau mengonversi PLTU kita," ujar Rachmat dalam agenda Investortrust Power Talk, Kamis (13/6/2024).

Menurut Rachmat, bila pemerintah gencar dalam melakukan suntik mati PLTU, ruang atau kesempatan industri dalam mengembangkan teknologi untuk menciptakan batu bara yang lebih bersih makin sempit. Belum lagi, potensi pasar untuk teknologi tersebut bakal hilang. 

Negara-negara di dunia dengan eksposur tertinggi terhadap PLTU berbasis batu bara. (Dok. Bloomberg)

Dengan demikian, Rachmat menganggap Indonesia bisa memprioritaskan penggunaan batu bara yang lebih ramah lingkungan. Dengan demikian, pengembangan teknologi untuk menciptakan batu bara yang bersih bakal berlanjut.