Ketua Apsyifi Redma Gita Wiraswata mengatakan data penurunan impor pakaian jadi yang dilansir Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan tidak mencerminkan kondisi riil di lapangan, yang tengah dihadapi pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT).
Meski data resmi impor pakaian jadi menurun, dia berkeras bahwa produk impor ilegal masih membanjiri pasar domestik dan masih menjadi masalah besar yang belum teratasi.
"Proyeksi kami, pada 2023 [impor pakaian jadi] ilegalnya mencapai 663.000 ton atau sekitar 33.000 kontainer per tahun," tegas Redma ketika dihubungi oleh Bloomberg Technoz, Selasa (11/6/2024).
Adapun, berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag), realisasi impor pakaian jadi di Indonesia disebut terus mengalami penurunan sejak 2019 hingga 2022.
Kemendag juga mengeklaim tren tersebut berlanjut hingga 2023 (Januari—Maret) di mana impor pakaian jadi mengalami penurunan 13,51% year on year (yoy) menjadi US$127,36 atau terendah sejak tahun 2019.
China menjadi negara urutan pertama pemasok pakaian impor terbesar di Indonesia. Dalam data Kemendag disebutkan bahwa pangsa pasar China di Indonesia kian turun sejak 2018 (53,25%) hingga periode Januari—Maret 2023 (36,74%).
Sementara itu, menurut data Kementerian Perindustrian, padahal, impor pakaian jadi di Indonesia sebenarnya justru sudah menurun signifikan dari 5,2 ribu ton pada Maret tahun lalu menjadi 2,9 ribu ton Maret 2024. Pada April 2024, impor pakaian jadi juga diklaim turun 15,1% secara tahunan menjadi 2,7 ribu ton.
Impor alas kaki juga diklaim turun 52,25% atau dari 25,4 ribu ton pada Maret 2023 menjadi 14,7 ribu ton Maret 2024. Per April 2024, impor alas kaki dicatat sebanyak 16,5 ribu ton atau turun 20,76% dari bulan yang sama tahun lalu.
(prc/wdh)