Sekadar catatan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan Indonesia membutuhkan bioetanol sebanyak 2 juta kilo liter (kl)/tahun jika pemerintah memutuskan untuk menerapkan bauran bensin dengan bioetanol 5% (E5), yang merupakan calon pengganti Pertalite/Pertamax.
Sementara itu, kata Satya, produksi bioetanol Indonesia masih bertengger pada level 46.000 kl saat ini.
"Jadi kalau misalkan ada strategi akuisisi, itu otomatis menambah volume, kebutuhan daripada domestik harus didukung," ujarnya.
Tambah Ongkos Produksi
Bagaimanapun, Satya mengatakan masih perlu mendapatkan informasi lebih lengkap ihwal rencana akuisisi tersebut untuk mengetahui apakah hal tersebut justru bakal mengerek biaya produksi bioetanol di Indonesia.
"Berapa volume yang diakuisisi? Lantas berapa biaya transportasinya? Kalau pengapalan dari sana menuju Indonesia. Itu yang mesti tanya dahulu, karena itukan aspek komersial," ujarnya.
Kendati demikian, sambungnya, berbagai upaya untuk menambah persediaan etanol tentu dibutuhkan, di samping Indonesia juga harus meningkatkan kapasitas dalam negeri.
Menurut Satya, pemerintah juga bisa melakukan beberapa upaya efisiensi dalam setiap rantai pasok bioetanol untuk menciptakan yang terjangkau bagi masyarakat, mulai dari penyulingan (refining), transportasi dan sebagainya.
"Harus dilihat sampai sejauh mana daya beli masyarakat dan bagaimana pemerintah menjembatani apabila ada gap antara daya beli masyarakat dengan harga pasar yang dialami oleh [bioetanol] tersebut," ujarnya
Pertamina sebelumnya mengatakan tengah melakukan kajian terhadap rencana untuk mengakuisisi perusahaan di Brasil yang bakal berperan sebagai pemasok gula dan etanol.
VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan bahwa rencana akuisisi bakal dijalankan oleh subholding PT Pertamina New & Renewable Energy (PNRE).
“Saat ini masih dalam tahap kajian secara komprehensif untuk mendapatkan hasil terbaik. Pertamina menjalankan amanat pemerintah dalam hal menjaga ketahanan energi nasional, khususnya di era transisi energi untuk mencari sumber energi baru terbarukan,” ujar Fadjar kepada Bloomberg Technoz, Rabu (12/6/2024).
(dov/wdh)