Suttinee Yuvejwattana - Bloomberg News
Bloomberg, Bank sentral Thailand atau Bank of Thailand (BOT) tengah gencar menindak tegas apa yang disebut degan rekening "mule" yang digunakan dalam penipuan keuangan online, setelah nasabah bank kehilangan lebih dari 60 miliar baht (Rp26 triliun) akibat skema tersebut dalam dua tahun terakhir.
Asisten Gubernur Daranee Saeju mengatakan dalam konferensi pers pada Kamis (13/06/2024), Bank of Thailand dan lembaga penegak hukum lainnya telah membekukan hampir 200.000 rekening mule - yang dioperasikan oleh orang-orang yang memfasilitasi transfer dana ilegal atas nama orang lain - antara Maret 2023 dan April tahun ini.
BOT, yang mengatur industri perbankan Thailand, akan memperluas penindakan dengan berbagi basis data nasabah berisiko antar bank, kata Daranee. Individu yang diduga memiliki rekening mule akan dibekukan fasilitasnya dan bank akan memperketat aturan untuk mempersulit mereka membuka rekening baru pada akhir bulan depan.
"Situasinya semakin buruk dengan kasus baru yang terus berdatangan," kata Daranee. "Ada sekitar 300.000 kasus penipuan keuangan yang dilaporkan selama dua tahun terakhir. Biasanya satu kasus penipuan keuangan terkait dengan lima rekening mule, yang berarti ada jutaan rekening di luar sana yang perlu kami tangani."
Negara dengan perekonomian terbesar kedua di Asia Tenggara ini kesulitan untuk mengekang maraknya kejahatan di sektor keuangan karena masyarakat menjadi korban para penipu yang menawarkan pinjaman dengan suku bunga murah, suku bunga tinggi pada deposito, atau melalui berbagai skema ponzi. Kerugian finansial akibat penipuan online mencapai total 63 miliar baht antara Maret 2022 hingga Mei 2024, menurut data resmi.
BOT telah memerintahkan bank komersial nasional meningkatkan sistem keamanan mereka untuk transaksi online pada kuartal keempat, dengan menawarkan kepada nasabah opsi untuk mengunci uang mereka dari transaksi digital dan menyediakan otorisasi ganda dalam transfer.
(bbn)