Adapun, kata Jerry, komoditas dalam negeri yang dapat dijajakan di Cile meliputi mineral tembaga, produk kimia, suku cadang otomotif, elektronik hingga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dan produk turunannya.
Ditemui pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Hubungan Ekonomi Internasional Cile Claudia Sanhueza menyatakan banyak kerja sama yang dapat diteken antara Indonesia dengan Cile. Terlebih, Cile merupakan negara yang cukup banyak memiliki sumber daya alam.
"Kita sedang menghadapi tantangan, misalnya ketahanan pangan dan krisis iklim, dan hubungan ekonomi ini dapat membantu kita menghadapi tantangan tersebut. Cile adalah separuh negara pertambangan, tetapi separuhnya juga merupakan negara agraris," kata Claudia.
"Jadi, di satu sisi, kita membuka dunia mineral penting yang penting bagi transformasi energi dan hal-hal produktif. Kami memiliki litium, tembaga, dan mineral aneh lainnya, dan kami ingin menawarkan kepada dunia kemungkinan untuk berpartisipasi dalam industri litium ini. Jadi, di satu sisi, kami memiliki ruang bagi investor internasional untuk pergi ke Chile," tegasnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Kemendag, total perdagangan Indonesia-Cile mengalami pertumbuhan 21,73% serentang 2019—2023. Sepanjang tahun lalu, total perdagangan keduanya mencapai US$485,9 juta, naik 3,87% secara tahunan.
Selama Januari—April 2024, total perdagangan RI-Cile mencapai US$146,2 juta, di mana ekspor Indonesia ke negara tersebut mencapai US$99,8 juta, sedangkan impornya US$46,5 juta. Dengan demikian, sepanang 4 bulan pertama tahun berjalan, perdagangan RI terhadap Cile surplus US$53,3 juta.
(prc/wdh)