Bloomberg Technoz, Jakarta - Sinyal terbaru dari hasil Pertemuan Komite Terbuka Federal Reserve, bank sentral Amerika, yang biasa disebut FOMC The Fed, Kamis dini hari tadi (13/6/2024), memicu reaksi pasar yang kuat dan cenderung bullish. Indeks saham kompak menghijau, harga obligasi melesat sementara pamor dolar AS pupus yang kali ini diikuti juga oleh penurunan harga emas di pasar global. Padahal dua yang terakhir biasanya bergerak berlawanan.
Reaksi pasar itu terlihat 'melawan' proyeksi The Fed yang sebenarnya cenderung hawkish bila melihat dot plot terbaru yang dilansir. Pasalnya, peluang penurunan bunga acuan The Fed tahun ini terkikis hanya tinggal satu kali saja. Bandingkan dengan dot plot sebelumnya yang masih memperkirakan akan ada tiga kali pemangkasan bunga acuan. Meskipun proyeksi Fed fund rate pada 2025 bertambah yaitu sebanyak empat kali penurunan bunga acuan dari tadinya hanya tiga kali saja.
Proyeksi itu bahkan keluar setelah data inflasi Mei memberi kejutan karena bertentangan dengan data pasar tenaga kerja pada Jumat pekan lalu yang memperlihatkan lonjakan rekrutmen tenaga kerja. Data inflasi inti Mei menunjukkan pelemahan di angka 0,16% dari bulan sebelumnya 0,29%, terpicu deflasi core goods CPI -0,4% dan anjloknya core services CPI menjadi 0,22%. Secara teori, performa pasar tenaga kerja yang kuat akan selalu diikuti oleh tekanan inflasi yang kuat di mana hal itu tidak terjadi di Amerika pada Mei lalu.
Pada saat bersamaan, ketika konferensi pers, Gubernur Fed Jerome Powell justru terdengar dovish dan seakan mengabaikan dot plot yang hanya satu kali penurunan bunga itu. Powell bilang, data inflasi terbaru lebih baik dibanding data awal tahun ini. "Bagaimanapun, dan ada sedikit kemajuan lebih lanjut terhadap tujuan inflasi kami," kata Powell.
Ia juga menyebut data inflasi tersebut telah membantu membangun kepercayaan diri The Fed pada trajectory inflasi. Akan tetapi, masih belum memadai untuk menjamin penurunan suku bunga saat ini. "Penurunan suku bunga yang mungkin terjadi tahun ini akan terjadi tahun depan," kata Powell. "Ada lebih sedikit penurunan suku bunga dalam median tahun ini, namun ada satu lagi tahun depan."

Analis mendapati inkonsistensi dalam proyeksi FOMC Juni ini. "The Fed menaikkan target inflasi inti PCE [Personal Consumption Expenditure] dan bunga acuan masing-masing jadi 2,8% dan 5,125% dari sebelumnya 2,6% dan 4,625%. Pada saat yang sama, The Fed bersikeras mempertahankan skenario 'no landing' dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi di 2,1% dan tingkat pengangguran 4%," kata Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital Sekuritas Lionel Prayadi dan analyst Nanda Rahmawati, dalam catatan yang dilansir.
Menurut Lionel, proyeksi FOMC The Fed tersebut adalah perwujudan dari hipotesa “inflation uncertainty”, yang pernah ditulis oleh Laurence Ball pada 1997 di Journal of Monetary Economics. Menurut Ball, saat menghadapi inflasi tinggi pengambil kebijakan akan menghadapi sebuah dilema, yaitu keinginan untuk mendorong proses disinflasi akan tetapi takut menghadapi konsekuensi resesi. Alhasil, itu menimbulkan ketidakpastian terhadap arah kebijakan moneter di masa depan.
"Kami memperkirakan pasar akan memasang posisi melawan the Fed dan posisi ini bisa berhasil bila tekanan inflasi, terutama dari sisi jasa, konsisten rendah dalam 3-4 bulan mendatang. Prediksi kami, The Fed akan mengubah proyeksi mereka lagi pada FOMC September nanti dengan kemungkinan penurunan bunga sebanyak dua hingga tiga kali masing-masing 25 bps," kata Lionel.
Sementara menurut penilaian tim ekonom Bloomberg Economics, dengan data pertumbuhan yang kerap mencatat angka rendah secara mengejutkan sejak FOMC Mei, ditambah konsumsi yang melemah, The Fed harus memulai penurunan bunga acuan dua kali tahun ini. "Kami perkirakan akan ada penurunan bunga acuan pada September dan Desember tahun ini," kata tim ekonomi Bloomberg Economics Anna Wong, Eliza Winger dan Estelle Ou dalam kajian yang dilansir sesaat setelah hasil FOMC The Fed diumumkan.

Median dot plot memang menghasilkan satu kali penurunan bunga tahun ini, turun dari 75 bps pada dot plot Maret. Namun, melihat lebih detail, dot plot juga menunjukkan peluang dua kali pemangkasan yang lebih besar. Sebanyak delapan peserta FOMC memperkirakan 50 bps penurunan, sedangkan tujuh orang memprediksi hanya 25 bps. Adapun empat anggota menilai tidak ada peluang penurunan bunga acuan sama sekali tahun ini.
Akan halnya dengan proyeksi PDB tahun ini di 2,1% dan tingkat pengangguran 4%, menurut ekonom Bloomberg, itu mencerminkan bahwa The Fed mengabaikan data tingkat pengangguran Mei yang sudah di 4%. The Fed terlihat lebih mempertimbangkan data nonfarm payrolls yang melonjak.
"Kesimpulan kami, dot plot Juni yang hawkish memperlihatkan pejabat The Fed menimbang sinyal lonjakan NFP Mei sementara mereka juga terlihat percaya diri dengan trayektori disinflasi. The Fed juga lebih terbuka pada ide bahwa bunga acuan netral sudah meningkat yang berarti tingkat bunga saat ini dinilai belum cukup restriktif yang diduga. Masih akan ada tiga kali lagi laporan inflasi CPI sebelum FOMC September dan kami memperkirakan datanya akan memberi kepercayaan lebih besar pada The Fed bahwa disinflasi masih berjalan. Kami percaya, tingkat pengangguran akan menembus 4,2% pada September dan itu akan mendorong The Fed memotong bunga 50 bps tahun ini," kata ekonom Bloomberg Anna Wong.
(rui)