Terkontraksinya IHSG yang begitu dalam merupakan efek secara langsung dari turunnya sejumlah saham Big Caps, terutama saham-saham bank besar RI.
Berikut diantaranya berdasarkan data Bloomberg, Rabu (12/6/2024).
- Bank Mandiri (BMRI) menekan 18,43 poin
- Bayan Resources (BYAN) menekan 3,44 poin
- Bank Central Asia (BBCA) menekan 3,27 poin
- Indah Kiat Pulp and Paper (INKP) menekan 2,43 poin
- Semen Indonesia (SMGR) menekan 2,22 poin
- GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) menekan 2,19 poin
- Merdeka Copper Gold (MDKA) mengurangi 1,94 poin
- Bank Negara Indonesia (BBNI) mengurangi 1,83 poin
- Bank Mega (MEGA) mengurangi 1,52 poin
- DCI Indonesia (DCII) menekan 1,32 poin
Adapun saham-saham keuangan juga jadi pendorong pelemahan IHSG, saham PT Panin Financial Tbk (PNLF) drop 8,59% ke posisi Rp298/saham dan saham PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) juga terjebak di zona merah dengan drop 6,36% ke posisi Rp206/saham.
Kemudian, saham PT BFI Finance Tbk (BFIN) yang melemah 6,19% ke posisi Rp910/saham, saham PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) yang ambruk 6,11% ke posisi Rp770/saham, dan saham PT Bank Victoria International Tbk (BVIC) jatuh 5,41% ke posisi Rp70/saham.
IHSG terjungkal imbas sentimen Morgan Stanley yang memangkas peringkat rating menjadi Underweight terkait prospek saham-saham Indonesia.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Morgan Stanley menyampaikan ada risiko berinvestasi di investasi saham–saham di Indonesia, akibat dua hal, kebijakan fiskal dan rupiah yang terus melemah terhadap mata uang acuan dolar AS.
Ahli strategi Morgan Stanley menjelaskan, “Kami melihat ketidakpastian jangka pendek mengenai arah kebijakan fiskal di masa depan serta beberapa pelemahan di pasar valas di tengah-tengah suku bunga AS yang masih tinggi dan prospek dollar AS yang menguat.”
Menurut tim strategi, termasuk Daniel Blake, memutuskan pangkas peringkat dan rating saham Indonesia menjadi “Underweight” dalam alokasi pasar Asia dan pasar negara berkembang, dalam catatan 10 Juni.
Berdasarkan data Tim Riset Bloomberg Technoz, rupiah spot pada, Rabu (12/6/2024) ditutup di level terlemah sejak April 2020, yang juga tercatat terburuk sejak krisis akibat pandemi Covid-19 menerjang, pada level Rp16.294/US$. Ketika indeks dolar AS makin merangkak naik ke 105,2.
Rupiah pada Rabu hari ini sempat menyentuh level Rp16.305/US$ dalam perdagangan intraday dan kemudian ditutup turun 0,02% dibandingkan dengan level penutupan hari sebelumnya. Untuk kurs tengah Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), ditutup lebih rendah di Rp16.297/US$.
Di sepanjang perdagangan tahun ini, pelemahan rupiah sudah hampir 6% year-to-date, membuatnya menjadi salah satu mata uang dengan performa terburuk di Asia sejauh ini.
(fad)