"Karena alasan Morgan Stanley menurunkan rating adalah soal kebijakan fiskal dan juga nilai tukar. (Jika pemerintah bertindak) ini menunjukkan kepada pasar bahwa pemerintah bisa addressing kedua isu tadi," tegas Jahen.
Sebelumnya, Morgan Stanley memutuskan untuk menurunkan peringkat saham Indonesia menjadi 'underweight' dalam alokasi pasar Asia dan pasar negara berkembang, dalam catatan 10 Juni 2024.
Tim strategi Morgan Stanley, termasuk Daniel Blake menyampaikan ada risiko berinvestasi di kelompok investasi saham–saham di Indonesia. Ini terjadi akibat dua hal, yakni kebijakan fiskal dan rupiah yang terus melemah terhadap mata uang acuan dolar Amerika Serikat (AS).
Ahli strategi Morgan Stanley tersebut menjelaskan, “Kami melihat ketidakpastian jangka pendek mengenai arah kebijakan fiskal di masa depan serta beberapa pelemahan di pasar valas di tengah-tengah suku bunga AS yang masih tinggi dan prospek dolar AS yang menguat.”
Janji-janji kampanye Presiden Indonesia terpilih Prabowo Subianto - seperti proposal untuk penyediaan makan siang dan susu untuk siswa - dianggap dapat menimbulkan "beban fiskal yang substansial”.
Pada bagian lain, prospek pendapatan Indonesia juga dinilai memburuk. Perubahan sikap Morgan Stanley ini terjadi ketika indeks dolar AS mulai bergerak naik menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve pada hari Rabu dan keputusan Bank Indonesia minggu depan.
(azr/lav)