Kamin menulis sebuah makalah di bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) beberapa tahun setelah China bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) pada 2001 yang menunjukkan hubungan antara deflasi global dan ekspor murah China. Efeknya semakin membesar sejak saat itu, katanya.
Dan tren ini kemungkinan tidak akan berubah dalam waktu dekat. China terjebak dalam periode deflasi di tengah permintaan lokal yang lemah dan penurunan properti, membuat para pembuat kebijakan bergantung pada penjualan luar negeri yang kuat untuk memenuhi target pertumbuhan mereka.
Komposisi pelanggannya sedang berubah. Pengiriman China ke negara-negara ekonomi maju menyumbang sekitar 56% dari total pada tahun 2023, turun dari 63% dekade lalu, dengan proporsi ke AS menurun menjadi sekitar 13% dari 20% selama periode itu, menurut perhitungan oleh Bloomberg News berdasarkan data dari Dana Moneter Internasional.
"Harga impor dan harga produsen negara berkembang berkorelasi dengan harga ekspor China," tulis Tatiana Orlova, kepala ekonom negara berkembang di Oxford Economics, dalam sebuah catatan pada bulan April. "Kami memperkirakan deflasi harga ekspor China akan memberikan angin segar yang membantu dalam perjuangan untuk mengembalikan inflasi negara berkembang ke targetnya."
Dia menominasikan Hungaria, Rusia, dan Indonesia sebagai penerima manfaat utama.
Runtuhnya sektor properti China dan berkurangnya minat terhadap barang-barang dari kaca hingga baja telah mendorong produsen untuk mencari pelanggan di tempat lain. Di Indonesia, misalnya, importir mendapatkan mesin yang lebih murah dan lebih banyak. Ini adalah cerita serupa untuk pembeli kaca China di Vietnam.
Sementara beberapa negara berkembang mendapat manfaat dari harga yang lebih rendah itu, inflasi tetap tinggi di AS dan Eropa, di mana kebijakan proteksionis meningkat terhadap China. Pemerintahan Presiden Joe Biden telah memberlakukan tarif pada beberapa kendaraan listrik dan panel surya China dan berupaya membatasi penjualan teknologi canggih, sementara Uni Eropa akan mengumumkan apakah mereka bermaksud untuk mengenakan tarif pada kendaraan listrik China dalam beberapa hari mendatang.
(bbn)