Selain beban keuangan, faktor utama kenaikan laba RMKE berasal dari penjualan batu bara. RMKE membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 2,7 triliun atau meningkat secara signifikan sebesar 46,6% secara tahunan.
Kenaikan pendapatan tersebut didukung oleh kenaikan volume penjualan batu bara yang meningkat 45,1% secara tahunan menjadi 2,5 juta ton. Pendapatan segmen ini memberikan kontribusi sebesar 77,3% ke total pendapatan.
Laba kotor yang berasal dari segmen ini sebesar Rp 406,7 miliar atau meningkat sebesar 75,8% secara tahunan, dan berkontribusi sebesar 69,1% total laba kotor.
Dari segmen jasa batu bara, RMKE mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 620,5 miliar atau meningkat 51,2% secara tahunan. Kenaikan pendapatan segmen ini didukung oleh kenaikan volume jasa bongkar kereta dan muat tongkang batu bara yang meningkat masing-masing sebesar 94,8% secara tahunan dan 31,3% secara tahunan.
Pendapatan segmen itu memberikan kontribusi sebesar 22,7% ke total pendapatan. Laba kotor yang berasal dari segmen jasa batu bara sebesar Rp 181,9 miliar atau meningkat 89,9% secara tahunan dan berkontribusi 30,9% total laba kotor.
Direktur Operasional Perseroan, William Saputra menyampaikan, energy security menjadi peluang bagi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri maupun luar negeri.
Pada tahun ini RMKE menargetkan angkutan volume jasa bongkar kereta dan muat tongkang batu bara masing-masing sebesar 7,8 juta metrik ton (MT) dan telah tercapai 149,5% dan 100,2% dari target tahun 2022.
Untuk segmen penjualan batu bara manajemen menargetkan volume sebesar 2,5 juta ton di mana 50% target tersebut berasal dari tambang in-house PT Truba Bara Banyu Enim.
(yun/dhf)