Pabrikan China memandang harga tembaga saat ini masih terlalu tinggi, meskipun ada beberapa pembelian untuk memenuhi pesanan yang mendesak, kata Fan Rui, analis Guoyuan Futures Co, dikutip Bloomberg.
Produsen produk tembaga di China —pengguna logam olahan terbesar — kesulitan membebankan biaya kepada pelanggan.
Sebagai tanda melemahnya permintaan, persediaan tembaga di Shanghai Futures Exchange telah naik ke level tertinggi dalam lebih dari empat tahun karena impor terus mengalir.
Pada saat harga tembaga mulai bergerak menurun, berbagai korporasi pertambangan terbesar di dunia mulai putar otak untuk mengamankan pasokan komoditas tersebut melalui berbagai cara.
Freeport Pakai Strategi Bertahan
Freeport-McMoRan Inc, misalnya, lebih memilih untuk mengoptimasi sisa cadangan di tambang-tambang eksisting dengan teknologi yang lebih mutakhir, alih-alih mengupayakan akuisisi seperti yang dilakukan kompetitornya BHP Group terhadap Anglo American Plc.
Chief Executive Officer (CEO) Kathleen Quirk mengatakan dia tidak merasakan tekanan apa pun untuk mengikuti pesaingnya dalam mengejar akuisisi besar dan transformasional, yang justru akan memberatkan biaya operasional.
Selama 3—5 tahun ke depan, Quirk mengatakan Freeport berharap dapat menghasilkan produksi tahunan sebanyak 800 juta pon tembaga melalui teknologi pemrosesan semacam itu – yang setara dengan seperlima dari total produksinya saat ini.
“[Produksi] itu setara dengan tambang besar. Itu berarti. Tim kami bekerja sangat agresif untuk menyelesaikannya,” kata Quirk, 61 tahun, Selasa dalam sebuah wawancara di New York.
“Saya sangat fokus pada masalah ini, karena ketika kita melihat-lihat, kita tahu betapa sulitnya mengembangkan pasokan baru.”
Codelco Catatkan Produksi Terburuk
Kabar terbaru juga datang dari The National Copper Corporation of Chile alias Codelco.
Raksasa tembaga pelat merah asal Cile ini baru saja mencatatkan produksi terburuknya dalam 18 tahun terakhir, di tengah perjuangan untuk mempertahankan statusnya sebagai pemasok tembaga terbesar dunia.
Manajemen telah mengatakan selama beberapa bulan terakhir bahwa produksi mencapai titik terendah setelah kemunduran di pertambangan dan proyek, tetapi angka untuk April tidak menunjukkan adanya pemulihan. Itu akan terjadi di babak kedua, menurut outlook terbaru dari CEO Maximo Pacheco.
BHP Diadang Pemogokan
Berbeda cerita, BHP Group baru saja mencapai kesepakatan upah awal dengan para pemimpin serikat pekerja di Cile, dengan harapan perusahaan tersebut akan terhindari dari aksi mogok pekerja yang memakan banyak biaya di tambang tembaga yang menyumbang sekitar 1% dari pasokan global logam kabel.
Lebih dari 1.100 anggota serikat pekerja utama di tambang BHP Spence di Cilei utara akan memberikan suara pada tawaran baru tersebut, kata perusahaan yang berbasis di Melbourne itu dalam sebuah pernyataan pada Rabu pagi.
Terobosan tersebut terjadi pada hari kelima dan terakhir perundingan yang dimediasi oleh pejabat departemen tenaga kerja, dengan kedua belah pihak menyetujui perpanjangan waktu untuk mengadakan pemungutan suara.
Menghindari pemogokan di Spence, yang tahun lalu menghasilkan sekitar 250.000 metrik ton, akan meredakan ketegangan dalam jadwal sibuk proses perundingan bersama di industri pertambangan tembaga Cile.
Meskipun harga yang tinggi membuat para pekerja makin berani, perusahaan berupaya menghindari penghentian produksi yang mahal tanpa meningkatkan biaya tetap secara berlebihan dalam bisnis yang bersifat siklus dan padat modal.
Kesepakatan di Spence juga akan meredakan kekhawatiran mengenai perundingan perburuhan yang akan datang di operasi BHP lainnya di Cile, Escondida, yang ukurannya empat kali lebih besar dari Spence dan telah menjadi lokasi pemogokan yang berkepanjangan pada masa lalu.
(wdh)