Logo Bloomberg Technoz

Berdasarkan data Bloomberg, Indeks iShares MSCI Indonesia (EIDO) terjungkal 0,98 poin (4,93%) semalam. Penurunan tersebut mengakumulasi amblesnya harga yang terjadi dalam sepekan, atau dalam 5 hari perdagangan, Indeks EIDO telah ambles mencapai 1,22 poin atau setara dengan 6,06% ke level US$18,90.

Pergerakan ETF Index EIDO pada 11 Juni (Bloomberg)

Sebagai gambaran, Indeks iShares MSCI Indonesia adalah Mutual Fund (Reksa Dana ETF) yang menghimpun kumpulan saham–saham Indonesia hasil pengelolaan Morgan Stanley di Bursa Saham Wall Street, AS.

EIDO seringkali menjadi pilihan–pilihan investor asing dan menjadi salah satu referensi investasi dalam jangka panjang. Apabila indeks ini mengalami pelemahan menjadi indikasi kondisi Indonesia sedang tidak baik-baik saja.

Menyusul rekannya EIDO, VanEck Vector Indonesia Index ETF, oleh Fund Manager ternama VanEck yang tercatat di AS juga mengalami hal serupa. 

VanEck Indonesia Index ETF (IDX) terperosok 0,12 poin (0,77%). Angka tersebut sudah cukup membuat IDX ambles 0,71% yang setara dengan 4,39% menuju level US$15,47.

Mencermati alokasi top holdings VanEck Index ETF, ia menaruh kepercayaan penuh kepada saham–saham Perbankan (Banks) Indonesia mencapai 24,58%, saham pertambangan (Mining) dengan total 15,73%, saham retail sejumlah 7,26%, dan juga saham kimia (Industri Manufaktur Non-Migas) sebanyak 7,14%. Sedang sisanya menempatkan di saham-saham makanan, telekomunikasi, batu bara, dan pertanian.

Bergeser ke pasar saham Eropa, utamanya London, yaitu HSBC MSCI Indonesia UCITS ETF (HIDR) yang mereplikasi kinerja Indeks MSCI Indonesia.

HSBC MSCI Indonesia UCITS ETF (HIDR) juga jatuh mencapai 130,50 poin (2,32%) hanya dalam satu hari perdagangan.

Indeks yang disebarluaskan oleh HSBC Investment Funds Luxembourg ini mengakumulasi total kejatuhan 160 poin atau 2,83% dalam sepekan, atau dalam 5 hari perdagangan, ke level £5.494 GBp, yang diperdagangkan di London Stock Exchange Group PL tersebut.

Kemudian dari pasar saham Jerman, LYXI Amundi MSCI Indonesia Exchange Traded Fund yang mencerminkan kinerja Index MSCI Indonesia, juga mengalami kejatuhan serupa dengan ETF lainnya. Yang mengindikasikan kondisi saham–saham Indonesia sedang tidak baik-baik saja.

Pergerakan LYXI Amundi MSCI Indonesia ETF pada 11 Juni (Bloomberg)

Pada perdagangan semalam, LYXI Amundi MSCI Indonesia melemah 2,32 poin (1,87%). Dalam sepekan perdagangan, ETF Index tersebut kehilangan 2,46 poin atau setara dengan 1,98% menuju level harga € 121,82 di pasar primer Xetra ETF.

Mencermati alokasi top holdings LYXI Amundi MSCI Indonesia ETF mereka Amundi Asset Management SAS, menaruh kepercayaan penuh kepada saham–saham Perbankan (Banks) Indonesia dengan market cap terbesar, seperti saham BBCA sebanyak 27,43% dari total portofolio, saham BBRI (15,57%), saham BMRI (12,16%), dan juga saham BBNI (3,57%).

Selanjutnya, masih dari pasar saham Jerman, Xtrackers MSCI Indonesia Swap UCITS ETF mereplikasi MSCI Daily Total Return Net Emerging Markets Indonesia dengan satuan USD Index, yang menggambarkan eksposur ke pasar saham Indonesia. Juga terbenam di zona merah semalam.

Xtrackers MSCI Indonesia Swap UCITS ETF (XMIN) geraknya melemah 0,30 poin (2,26%) dalam satu hari perdagangan, di 11 Juni. Sementara dalam sepekan perdagangan, atau 5 hari, XMIN kehilangan 0,21 poin atau setara dengan 1,59% point-to-point ke level € 13,09 yang juga diperdagangkan di pasar primer Xetra ETF.

Senada dengan ETF di pasar saham Italia, yaitu HSBC MSCI Indonesia UCITS Exchange Traded Fund yang menggambarkan kinerja saham-saham MSCI Indonesia, melemah pada perdagangan semalam.

Index tersebut kehilangan 1,47 poin (2,21%) dalam satu hari perdagangan. Sedangkan, dalam sepekan perdagangan, melemah 1,13 poin atau setara dengan 1,70% menuju level harga € 65,15 di pasar primer BrsaItaliana.

Sejalan juga dengan rekan ETF lainnya, alokasi top holdings HSBC MSCI Indonesia UCITS menaruh kepercayaan penuh kepada saham–saham Perbankan (Banks) Indonesia mencapai 58,12%. Adapun sisanya menempatkan di saham-saham telekomunikasi, pertambangan, makanan, kimia (Industri Manufaktur Non-Migas), dan saham retail.

(fad)

No more pages