BI melempar sinyal akan menjaga rupiah untuk tetap di bawah Rp16.300/US$ melalui intervensi di pasar spot maupun Domestic NonDeliverable Forward (DNDF) agar tekanan bisa termoderasi.
Mengutip Bloomberg News, Selasa (11/6/2024), Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Edi Susianto menyatakan, rupiah akan tetap terkelola di bawah Rp16.300/US$ didukung oleh intervensi pasar untuk meredakan volatilitas.
Edi bilang, rupiah masih mendapatkan banyak dukungan dari pasokan dolar AS yang mengalir dari eksportir maupun di aset jangka pendek seperti Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Pekan lalu minat pada lelang SRBI memang meningkat di mana permintaan masuk dalam dua kali lelang mencapai lebih dari Rp120 triliun, melonjak dibanding pekan sebelumnya di mana incoming bids kurang dari Rp90 triliun. Hari ini, BI akan menggelar lelang SRBI rutin yang memang dijadwalkan setiap Rabu dan Jumat saban pekan.
Kecukupan Cadangan Devisa
Upaya BI mengintervensi pelemahan rupiah akan menguras nilai cadangan devisa semakin besar. Untung saja, posisi cadangan devisa telah berhasil naik untuk pertama kali tahun ini pada Mei lalu, terutama karena penarikan Samurai Bond atau utang pemerintah dalam yen Jepang, juga penerimaan pajak.
Akhir Mei, posisi cadangan devisa mencapai US$139 miliar, atau naik US$2,8 miliar. Angka itu setara dengan kebutuhan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Berkaca pada kuartal 1-2024 di mana rupiah mencatat pelemahan hingga 3%, nilai cadangan devisa RI terkuras hingga US$6 miliar dalam rentang yang sama.
Sementara selama kuartal ini, rupiah sudah kehilangan nilai hingga 2,74% quarter-to-date di mana pada April saja, nilai cadangan devisa RI terkuras hingga US$4,17 miliar karena pada bulan itu rupiah anjlok 2,55%.
(rui/aji)