Namun dalam sepekan terakhir, harga emas masih mengalami koreksi 0,58% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, harga turun 0,99%.
Harga emas dunia sempat anjlok akhir pekan lalu, jatuh 3,5%. Selepas itu, sepertinya investor menilai harga sudah relatif murah sehingga kembali melakukan aksi borong.
“Aksi bargain hunting terlihat saat harga sudah murah,” ujar Phillip Streible, Chief Market Strategist di Blue Line Securities, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Meski demikian, kenaikan harga 2 hari terakhir relatif terbatas. Sebab, pasar sedang menantikan peristiwa penting yang terjadi Kamis (12/6/2024) dini hari waktu Indonesia.
Pada saat itu, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve akan mengumumkan hasil rapat Komite Pengambil Kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC). Pasar memperkirakan Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan kolega masih akan mempertahankan suku bunga acuan di level 5-5,25%.
Akan tetapi, rapat FOMC kali ini juga akan mengumumkan proyeksi ekonomi terbaru. Mulai dari pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat pengangguran, hingga suku bunga acuan.
Dalam perkiraan terakhir, para peserta rapat FOMC memperkirakan Federal Funds Rate bisa saja turun 75 basis poin (bps) tahun ini. Namun melihat dinamika terkini, sepertinya mereka tidak akan terlalu dovish lagi.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas jadi kurang menguntungkan dalam iklim suku bunga tinggi.
(aji)