Logo Bloomberg Technoz

Indeks iShares MSCI Indonesia adalah Mutual Fund (Reksa Dana) yang mengakumulasi saham–saham Indonesia hasil pengelolaan Morgan Stanley di Bursa Saham Wall Street, AS.

EIDO seringkali menjadi pilihan–pilihan investor asing dan menjadi salah satu referensi investasi dalam jangka panjang. Apabila indeks ini mengalami pelemahan menjadi indikasi kondisi Indonesia sedang tidak baik.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Morgan Stanley menyampaikan ada risiko berinvestasi di investasi saham–saham di Indonesia, akibat dua hal, kebijakan fiskal dan rupiah yang terus melemah terhadap mata uang acuan dolar AS.

Ahli strategi Morgan Stanley menjelaskan, “Kami melihat ketidakpastian jangka pendek mengenai arah kebijakan fiskal di masa depan serta beberapa pelemahan di pasar valas di tengah-tengah suku bunga AS yang masih tinggi dan prospek dollar AS yang menguat.”

Menurut tim strategi, termasuk Daniel Blake, memutuskan menurunkan peringkat ekuitas Indonesia menjadi “Underweight” dalam alokasi pasar Asia dan pasar negara berkembang, dalam catatan 10 Juni. 

Berdasarkan data Tim Riset Bloomberg Technoz, rupiah spot pada, Selasa (11/6/2024) kemarin ditutup di level terlemah sejak 6 April 2020, yang terburuk sejak krisis akibat pandemi Covid-19 menerjang.

Rupiah pada Selasa sempat menyentuh level Rp16.303/US$ dalam perdagangan intraday dan kemudian ditutup turun 0,06% dibandingkan dengan level penutupan hari sebelumnya. Untuk kurs tengah Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), ditutup lebih rendah di Rp16.295/US$.

Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, menjelang rilis data inflasi (Consumer Price Index/CPI) AS dan pengumuman hasil pertemuan kebijakan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada Rabu. Federal Reserve dipastikan mempertahankan suku bunga acuan, sehingga fokus perhatian investor tertuju pada proyeksi terkini pergerakan suku bunga (Dot Plot).

“Terakhir kali Federal Reserve merilis proyeksi suku bunga adalah di Maret, di mana para pejabat tinggi Federal Reserve meramalkan sekitar tiga kali pemangkasan suku bunga di tahun 2024. Kali ini, proyeksi suku bunga oleh Federal Reserve hampir dipastikan akan menunjukkan kurang dari tiga penurunan suku bunga,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Mayoritas pelaku pasar berspekulasi hanya akan ada satu atau dua penurunan suku bunga di tahun ini.

Inflasi Utama (Headline CPI) AS diprediksi tumbuh melambat menjadi 0,1% mtm (+3,4% yoy) di Mei dari kenaikan 0,3% mtm (+3,4% yoy) di April. Sementara itu, pertumbuhan Inflasi Inti (Core CPI) diperkirakan akan mencapai 0,3% mtm (+3,6% yoy) atau sama dengan laju pertumbuhan di bulan sebelumnya.

Dari sisi makro ekonomi, investor mencerna hasil Survey of Consumer Expectation yang di rilis oleh Federal Reserve Bank di New York.

Survei memperlihatkan bahwa ekspektasi inflasi untuk satu tahun ke depan turun menjadi 3,2% di bulan Mei dari ekspektasi di bulan April sebelumnya yang sebesar 3,3%.

Ekspektasi Inflasi untuk tiga tahun ke depan stabil tetap di 2,8% sementara ekspektasi inflasi untuk lima tahun ke depan naik menjadi 3% dari ekspektasi di bulan April yang sebesar 2,8%

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG terkoreksi 0,95% ke 6.855 dan disertai dengan munculnya volume penjualan. 

“Saat ini, diperkirakan posisi IHSG masih berada pada bagian dari wave [v] dari wave C dari wave (2), sehingga dapat diwaspadai akan lanjutan koreksi IHSG yang akan menuju ke 6.742-6.794 apabila menembus support 6,846,” papar Herditya dalam risetnya pada Rabu (12/6/2024).

Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, ELSA, KLBF, MBMA, dan TINS.

Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, pergerakan IHSG masih dibayangi sejumlah rilis data inflasi Global dan Regional pada Rabu (12/6).

“Secara teknikal, indikator MACD bergerak sideways, begitu pula dengan Stochastic RSI. Selain itu, pasar masih wait and see terhadap rilis data FOMC yang akan datang, sehingga IHSG diperkirakan masih akan berfluktuasi di area 6.800-6.900 pada Rabu (12/6),” tulisnya.

Data penjualan ritel dalam negeri pada April menunjukkan penurunan signifikan ke level -2,70% dari bulan sebelumnya yang berada di 9,30%, hal ini mengindikasikan normalisasi daya beli setelah lonjakan konsumsi selama periode Hari Raya Lebaran yang biasanya diikuti dengan lonjakan konsumsi. Sementara itu, data penjualan mobil mengalami perbaikan secara terbatas dari -17,50% di bulan April menjadi -13,30% di bulan Mei. 

Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi rebound lanjutan untuk ESSA, MBMA, dan peluang rebound untuk ANTM, INCO, ADMR.

(fad)

No more pages