Logo Bloomberg Technoz

Rupiah Bisa Kian Tertekan, Terseret 'Morgan Stanley Effect'

Tim Riset Bloomberg Technoz
12 June 2024 07:50

Ilutrasi rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilutrasi rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah masih akan menghadapi kesulitan untuk bangkit dalam perdagangan pasar spot, Rabu (12/6/2024), dengan indeks dolar Amerika Serikat (AS) masih melanjutkan keperkasaan jelang rilis data inflasi AS dan penantian pelaku pasar akan keputusan Federal Reserve yang menggelar Federal Open Meeting Committee (FOMC) pekan ini.

Rupiah offshore di bursa New York semalam masih bergerak di kisaran Rp16.304-Rp16.316/US$, sudah sedikit menguat dibanding hari sebelumnya akan tetapi dolar AS melanjutkan kenaikan di mana pagi ini terpantau bertahan di 105,29, sudah menguat 0,4% dibanding pekan lalu.

Rupiah juga akan semakin terbebani sentimen pasar saham domestik yang hari ini diperkirakan akan menghadapi tekanan jual, menyusul rekomendasi 'underweight' dari Morgan Stanley, salah satu bank investasi besar. Sementara arus jual di pasar obligasi negara hari ini mungkin akan sedikit termoderasi terangkat penurunan yield Treasury, surat utang AS, menyusul lelang Treasury yang laris diserbu para investor.

Morgan Stanley menurunkan rekomendasi untuk saham-saham di bursa Indonesia menjadi 'underweight' karena melihat adanya ketidakpastian jangka pendek mengenai arah kebijakan fiskal di masa depan pada periode transisi pemerintahan baru ditambah pelemahan mata uang rupiah ketika dolar AS makin perkasa terungkit prospek kebijakan bunga acuan AS. 

Janji-janji kampanye Presiden Indonesia terpilih Prabowo Subianto - seperti program makan siang gratis dinilai dapat menimbulkan “beban fiskal yang substansial”. Pada bagian lain prospek pendapatan Indonesia juga memburuk, tulis Morgan Stanley.