“Aksi bargain hunting terlihat saat harga sudah murah,” ujar Phillip Streible, Chief Market Strategist di Blue Line Securities, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Meski demikian, kenaikan harga 2 hari terakhir relatif terbatas. Sebab, pasar sedang menantikan peristiwa penting yang terjadi Kamis (12/6/2024) dini hari waktu Indonesia.
Pada saat itu, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve akan mengumumkan hasil rapat Komite Pengambil Kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC). Pasar memperkirakan Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan kolega masih akan mempertahankan suku bunga acuan di level 5-5,25%.
Akan tetapi, rapat FOMC kali ini juga akan mengumumkan proyeksi ekonomi terbaru. Mulai dari pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat pengangguran, hingga suku bunga acuan.
Dalam perkiraan terakhir, para peserta rapat FOMC memperkirakan Federal Funds Rate bisa saja turun 75 basis poin (bps) tahun ini. Namun melihat dinamika terkini, sepertinya mereka tidak akan terlalu dovish lagi.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas jadi kurang menguntungkan dalam iklim suku bunga tinggi.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas masih menghuni zona bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 48,12. RSI di bawah 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Sementara indikator Stochastic RSI berada di 28,83. Juga menempati area jual (short).
Oleh karena itu, harga emas mungkin masih bisa naik tetapi tidak terlalu signifikan. Target resisten terdekat ada di US$ 2.330/troy ons. Jika tertembus, maka US$ 2.333/troy ons berpotensi menjadi target selanjutnya.
Target paling optimistis atau resisten terjauh ada di US$ 2.356/troy ons.
Adapun target support terdekat adalah US$ 2.306/troy ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas turun lagi menuju US$ 2.294/troy ons.
Target paling pesimistis atau support terjauh adalah US$ 2.268/troy ons.
(aji)