Logo Bloomberg Technoz

Sementara saham-saham perindustrian jadi yang terlemah hari ini jatuh sedalam 2,45%. Disusul oleh keuangan yang ambruk 1,07% dan konsumen non primer ambles 1,06%.

Sejumlah saham mencatat kenaikan luar biasa dan menjadi top gainers. Di antaranya adalah PT Paperocks Indonesia Tbk (PPRI) yang melonjak 28,4%, PT Penta Valent Tbk (PEVE) dan PT Bumibenowo Sukses Sejahtera Tbk (BBSS) melesat masing-masing 14,8% dan 12,2% serta PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU) bertambah 11,2%.

Sedangkan sejumlah saham yang melemah dan menjadi top losers di antaranya PT Campina Es Krim Tbk (CAMP) yang anjlok 23,4%, PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk (GHON) jatuh 13,4%, dan PT LinkNet Tbk (LINK) ambruk 8,98%.

IHSG menjadi banyak dari sekian Bursa Asia yang melemah, indeks Hang Seng (Hong Kong) ambles 1,04%, CSI 300 (China) drop 0,87%, dan Shanghai Composite (China) anjlok 0,76%.

Bursa Saham Asia lainnya juga menutup hari di zona merah i.a PSEI (Filipina), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), Straits Times (Singapura), TW Weighted Index (Taiwan), Topix (Jepang), KLCI (Malaysia), dan SETI (Thailand), yang melemah masing-masing 0,75%, 0,49%, 0,39%, 0,30%, 0,20%, 0,18%, dan 0,03%.

Indeks CSI 300 China (Bloomberg)

Dengan demikian, IHSG adalah indeks dengan pelemahan terdalam kedua di Asia, ada di antara deretan indeks saham China kawasan.

Di sisi yang berseberangan, ada Shenzhen Comp. (China), NIKKEI 225 (Tokyo), SENSEX (India), dan Kospi (Korea Selatan), yang menguat masing-masing 0,29%, 0,25%, 0,24%, dan 0,15%.

Dari regional Asia, investor secara umum mengambil sikap menghindari risiko (Risk-Averse) jelang pertemuan Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ) minggu ini. Juga mencermati data terbaru pada Senin yang menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto Jepang menyusut pada laju tahunan mencapai 1,8% dalam tiga bulan hingga Maret.

Angka tersebut mencerminkan konsumen dan Perusahaan mengurangi pengeluaran dan persediaan yang tidak terjual menumpuk di rak-rak gudang karena tren inflasi terkuat dalam beberapa dekade terus menekan pengeluaran secara riil.

Belanja rumah tangga masih lemah, memperpanjang penurunan menjadi empat kuartal berturut-turut dengan laju penurunan paling cepat dalam tiga kuartal akibat tekanan kenaikan harga-harga, pertumbuhan upah yang rendah, dan dampak dari peristiwa gempa bumi di tahun ini.

Dari dalam negeri, Penjualan Ritel RI melemah pada April dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Namun secara bulanan, Penjualan Ritel masih berhasil tumbuh didorong oleh perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Pada Selasa, Bank Indonesia mengumumkan Penjualan Ritel yang dicerminkan dengan Indeks Penjualan Riil (IPR) pada April sebesar 236,3. Melemah 2,7% dibandingkan dengan April tahun lalu (year-on-year/yoy).

"Kontraksi lebih dalam tertahan oleh Kelompok Suku Cadang dan Aksesori serta Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang mencatatkan pertumbuhan positif," tulis laporan BI.

Dibandingkan Maret (month-to-month/mtm), Penjualan Ritel tumbuh 0,4%. Didorong oleh Kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi, Barang Budaya dan Rekreasi, serta Makanan, Minuman, dan Tembakau sejalan dengan kegiatan masyarakat saat Hari Raya Idul Fitri.

(fad/wep)

No more pages