Logo Bloomberg Technoz

“Daerah surplus kurban terbesar lainnya adalah Sleman dan Bantul (4.975 ton), Bogor, Depok, dan Sukabumi (2.381 ton), Surabaya dan Sidoarjo (1.952 ton), Tangerang Selatan dan Kota Tangerang (1.699 ton) dan Bekasi (1.012 ton),” papar Haryo.

Sementara itu, wilayah dengan potensi defisit kurban terbesar didominasi daerah perdesaan Jawa. Ideas mengelompokannya berdasarkan kedekatan secara geografisnya.

Wilayah tersebut yaitu pertama Kabupaten Grobogan, Blora, Pati, Jepara, dan Demak (-2,623 ton); lalu kawasan utara Jawa Timur, yaitu Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep (-2.484 ton); serta kawasan timur Jawa Timur yaitu Kabupaten Jember, Bondowoso, Probolinggo, dan Pasuruan (-1.964 ton).

Selanjutnya, kawasan utara Jawa Tengah yaitu Kabupaten Brebes, Tegal, Pemalang, Purbalingga, dan Pekalongan (-1.958 ton); disusul Kabupaten Jombang, Nganjuk, Madiun, Ngawi, Bojonegoro, Kab. Mojokerto, dan Kota Kediri (-1.849 ton); dan Kabupaten Tangerang, Pandeglang, dan Lebak (-1.764 ton).

Wilayah lain yang juga berpotensi mengalami defisit a.l. Kabupaten Banyumas dan Kebumen (-519 ton); selatan Jawa Barat yaitu Kabupaten Cianjur (-590 ton); serta utara Jawa Barat yaitu Kabupaten Karawang, Indramayu, Majalengka, dan Kabupaten Cirebon (-94 ton). 

“Kemiskinan Jawa yang sangat masif menuntut kemampuan identifikasi mustahik yang sempurna bagi pengelola hewan kurban. Sebaliknya, kemiskinan luar Jawa menuntut kemampuan membuka akses keterpencilan dan keterisolasian yang kuat,” tutur Haryo.

Petugas membungkus daging kurban untuk dibagikan di Masjid Cut Meutia, Jakarta, Kamis (29/6/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)


Tantangan Distribusi

Menurutnya, tantangan distribusi daging kurban di Indonesia terletak pada isu desentralisasi di ribuan panitia kurban lokal temporer yang tersebar di seluruh negeri, berbasis masjid, mushala, pesantren, hingga lembaga pendidikan dan perusahaan.

“Program distribusi hewan kurban dari daerah surplus ke daerah minus daging kurban sangatlah tepat dan penting untuk penyaluran kurban yang tepat sasaran dan signifikan untuk pemerataan dan peningkatan kesejahteraan si miskin,” ucap Haryo.

Mengambil studi kasus program tebar hewan kurban dari LAZ Dompet Dhuafa (THK-DD), rekayasa sosial terbukti mampu meningkatkan kemanfaatan kurban secara signifikan. 

“Pada 2023, dari ribuan titik distribusi program THK-DD di penjuru negeri, kami menemukan bahwa daerah distribusi secara umum adalah daerah dengan rerata konsumsi daging yang sangat rendah, bahkan mendekati nol,” ungkap Haryo.

Haryo memberi contoh di Jawa, daerah distribusi kurban program THK-DD seperti di Kabupaten Ngawi dengan rerata konsumsi daging 0,01 kg/kapita/tahun, Kabupaten Magelang (0,18 kg/kapita/tahun), dan Kabupaten Pandeglang (0,06 kg/kapita/tahun). 

Di luar Jawa, daerah distribusi program THK-DD seperti di Kabupaten Seram Bagian Barat dengan rerata konsumsi daging hanya 0,01 kg/kapita/tahun, Kabupaten Kubu Raya (0,08 kg/kapita/tahun), Kabupaten Sigi (0.16 kg/kapita/tahun), dan Kabupaten Halmahera Utara (0.11 kg/kapita/tahun).

(wdh)

No more pages