Data itu menggarisbawahi lagi sinyal pelemahan daya beli masyarakat yang ditengarai membuat penjualan ritel goyah. Tekanan harga barang pokok telah menguras pengeluaran lebih besar sehingga pembelian masyarakat untuk kebutuhan lain di luar kebutuhan pokok, secondary and tertiary goods, jadi lebih terbatas.
Indikasi itu yang juga ditunjukkan oleh kajian Bank Mandiri yang mencatat, pengeluaran masyarakat setelah Lebaran usai masih lebih banyak terkuras untuk belanja makanan dan minuman atau kebutuhan pokok dengan alokasi mencapai 26,1%, tidak berbeda dengan saat Ramadan dimulai pada Maret. Sementara pada Lebaran tahun lalu, alokasi belanja makanan minuman orang Indonesia bahkan hanya 18,6% dari total belanja. Sedang begitu Lebaran usai, alokasinya menurun jadi 16,6%.
Kuartal II Kembali Lesu
Hasil Survei Penjualan Eceran yang dilansir BI juga memperkirakan kinerja penjualan ritel pada Mei lalu diprediksi kembali tumbuh 4,7% secara tahunan namun terkontraksi dibanding April dengan tumbuh negatif 1%.
BI menyebut, kontraksi itu terkait dengan normalisasi aktivitas masyarakat usai Lebaran karena yang mencatat penurunan adalah sektor ritel sandang, alat komunikasi dan informasi juga makanan dan minuman.
Survei memperkirakan, penjualan ritel pada kuartal II-2024 hanya akan tumbuh 1%, lebih rendah dibanding kuartal 1-2024 yang sebesar 5,6%. Ini mungkin juga menjadi sinyal bahwa efek Lebaran sudah 'habis' terefleksikan pada pertumbuhan ekonomi kuartal satu lalu. Pada kuartal ini, perekonomian mungkin akan mencatat penurunan pertumbuhan.
Meski demikian, para pelaku usaha yang disurvei optimistis kinerja penjualan ritel akan kembali bangkit pada Juli dan Oktober atau tiga hingga enam bulan ke depan dari periode kala survei dilakukan.
"Peningkatan Indeks Ekspektasi Penjualan Ritel pada Juli didorong oleh kedatangan tahun ajaran baru sekolah dan program diskon tengah tahun," jelas Bank Indonesia.
Ekspektasi Inflasi Meningkat
Hasil survei juga memotret perkiraan inflasi harga barang tiga hingga enam bulan ke depan yaitu pada Juli dan Oktober. "Seiring penjualan yang diprakirakan meningkat, dari sisi harga, tekanan inflasi pada Juli dan Oktober juga diperkirakan meningkat," kata BI.
Indeks Ekspektasi Harga Umum pada Juli dan Oktober naik masing-masing menjadi 142,5 dari 140,1 lalu menjadi 142 dari 134,5.
(rui/aji)