Logo Bloomberg Technoz

Sementara indeks lainnya masih bergerak menguat. KOSPI (Korea Selatan) menghijau 0,40%, NIKKEI 225 (Tokyo) menanjak 0,31%, dan Topix (Jepang) meninggi 0,10%

Bursa Saham Asia gagal memanfaatkan momentum penguatan di Bursa Saham Amerika Serikat. Dini hari tadi waktu Indonesia, tiga indeks utama di Wall Street kompak ditutup menghijau. Nasdaq Composite, S&P 500, Dow Jones Industrial Average, dan masing-masing menguat 0,35%, 0,26%, dan 0,18%.

Sentimen yang mewarnai laju Bursa Asia hari ini adalah datang dari persiapan pasar jelang keputusan penting Federal Reserve minggu ini, dan data inflasi utama.

Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) memulai pertemuan Komite Terbuka (Federal Open Market Committee/FOMC) untuk merumuskan arah kebijakan moneter selanjutnya, dimulai pada hari ini waktu setempat.

Kemudian, pada Rabu, AS akan melaporkan data inflasi Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) bulan Mei yang akan memberi petunjuk penting arah suku bunga acuan The Fed kedepan.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, JPMorgan Chase & Co. hingga Citigroup Inc. mendesak para investor untuk bersiap-siap menghadapi goncangan di pasar usai terbitnya Indeks Harga Konsumen pada Rabu, dan keputusan suku bunga AS.

Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, investor secara umum mengambil sikap menghindari risiko (Risk-Averse) jelang pertemuan kebijakan Bank Sentral AS (Federal Reserve) dan Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ) minggu ini.

Dari regional Asia, para investor regional juga mencermati data terbaru pada Senin yang menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto Jepang menyusut pada laju tahunan mencapai 1,8% dalam tiga bulan hingga Maret.

Angka tersebut mencerminkan konsumen dan Perusahaan mengurangi pengeluaran dan persediaan yang tidak terjual menumpuk di rak-rak gudang karena tren inflasi terkuat dalam beberapa dekade terus menekan pengeluaran secara riil.

Belanja rumah tangga masih lemah, memperpanjang penurunan menjadi empat kuartal berturut-turut dengan laju penurunan paling cepat dalam tiga kuartal akibat tekanan kenaikan harga-harga, pertumbuhan upah yang rendah, dan dampak dari peristiwa gempa bumi di tahun ini.

Dari dalam negeri, Penjualan Ritel RI melemah pada April dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Namun secara bulanan, Penjualan Ritel masih berhasil tumbuh didorong oleh perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Pada Selasa, Bank Indonesia mengumumkan Penjualan Ritel yang dicerminkan dengan Indeks Penjualan Riil (IPR) pada April sebesar 236,3. Melemah 2,7% dibandingkan dengan April tahun lalu (year-on-year/yoy).

"Kontraksi lebih dalam tertahan oleh Kelompok Suku Cadang dan Aksesori serta Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang mencatatkan pertumbuhan positif," tulis laporan BI.

Dibandingkan Maret (month-to-month/mtm), Penjualan Ritel tumbuh 0,4%. Didorong oleh Kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi, Barang Budaya dan Rekreasi, serta Makanan, Minuman, dan Tembakau sejalan dengan kegiatan masyarakat saat Hari Raya Idul Fitri.

(fad)

No more pages