Logo Bloomberg Technoz

Adar juga mengatakan dia sangat optimis tentang prospek vaksin baru perusahaan untuk malaria dan kanker serviks. Mereka memiliki kapasitas untuk memproduksi 100 juta dosis masing-masing.

Menurut perusahaan, permintaan untuk vaksin malaria perlahan meningkat saat negara-negara di Afrika merencanakan dan mempersiapkan kedatangannya. Serum mengirimkan batch pertama vaksin tersebut, yang diberi nama ‘R21/Matrix-M,’ ke Afrika pada bulan Mei. Ini adalah suntikan malaria kedua yang diotorisasi untuk anak-anak di dunia.

Dibutuhkan sekitar dua tahun agar permintaan memenuhi pasokan, katanya.

Sementara itu, ada kekurangan vaksin global terhadap virus papilloma manusia, yang dapat menyebabkan kanker serviks. Hanya beberapa produsen yang dapat memproduksi suntikan HPV karena "sangat rumit dan sulit dibuat," kata miliarder berusia 43 tahun itu.

Sementara Serum akan memasok jutaan dosis vaksin HPV, yang disebut Cervavac, dengan harga diskon kepada pemerintah India sebagai bagian dari program imunisasi universal, Poonawalla juga berencana untuk menjualnya ke luar negeri.

Varian Dengue

Serum juga sedang mengembangkan suntikan untuk melawan empat varian virus dengue serta virus flu yang dapat memicu wabah di beberapa wilayah.

“Kita perlu waspada karena sudah ada 14 varian flu yang berbeda,” kata Poonawalla. 

“Meskipun saya tidak melihat kemungkinan pandemi global dalam waktu dekat, flu pandemi dapat menciptakan banyak kerusakan dan rawat inap di wilayah tertentu.”

Pada bulan April, Serum menandatangani perjanjian lisensi dengan Universitas Oxford untuk memproduksi dan mengirimkan “vaksin berbasis protein chimeric” melawan Meningitis-B, infeksi yang memengaruhi otak dan sumsum tulang belakang.

Produsen vaksin Covid-19 AstraZeneca Plc di India menghadapi tantangan besar pada puncak pandemi ketika negara-negara berebut untuk mendapatkan lebih banyak pasokan Covishield dari kebakaran di fasilitas produksinya hingga larangan ekspor lokal dan kekurangan bahan baku utama dari AS namun Poonawalla tidak ingin menyalahkan siapa pun atas wabah tersebut.

“Jika kita lebih transparan dan terbuka dalam bertukar informasi satu sama lain, saya pikir kita bisa berada di depan kurva,” katanya. 

“Anda bisa menyelamatkan banyak nyawa.”

‘Misi 100 Hari’

Pada bulan Januari, produsen vaksin tersebut bergabung dengan Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI), sebuah organisasi global yang terdiri dari pemerintah, organisasi non-profit, produsen vaksin, dan pakar kesehatan.

Dibentuk pada tahun 2017 setelah wabah virus Ebola, kelompok yang berbasis di Oslo ini bekerja untuk meningkatkan pengembangan vaksin dan respons terhadap ancaman epidemi.

“Dengan CEPI, kami sedang membangun stok persediaan dan kami sedang mengerjakan misi 100 hari, di mana Anda dapat beralih dari kandidat vaksin ke produksi hingga pengiriman dalam waktu 100 hari,” katanya.

(bbn)

No more pages