Mulai hari ini waktu Amerika, bank sentral Federal Reserve (The Fed) akan memulai pertemuan Komite Terbuka (FOMC) untuk menentukan kebijakan moneter. Sementara pada Rabu waktu setempat, AS akan melaporkan data inflasi Indeks Harga Konsumen bulan Mei yang akan memberi petunjuk penting arah bunga acuan The Fed ke depan.
Rupiah menghadapi situasi kurang menguntungkan pada kuartal dua seiring dengan puncak permintaan dolar AS di pasar untuk kebutuhan pembayaran dividen korporasi, pembayaran utang luar negeri, kebutuhan valas musiman calon jamaah haji dan kebutuhan valas rutin Pertamina serta PLN, dua BUMN energi.
Dengan kini sentimen pasar juga buruk, rupiah semakin kesulitan. Namun, hari ini, ada sedikit peluang arus masuk modal asing dengan digelarnya lelang surat utang negara dengan target indikatif Rp22 triliun. Selain ada juga lelang rutin sekuritas Bank Indonesia sebagai bagian dari operasi moneter.
Pasar hari ini juga menanti rilis Indeks Penjualan Riil yang akan dilansir BI setelah kemarin hasil Survei Konsumen memperlihatkan tingkat optimisme masyarakat Indonesia yang semakin melemah akibat tekanan penghasilan yang mengikis ekspektasi ke depan.
Jokowi bicara
Presiden RI Joko Widodo ikut angkat bicara melihat pelemahan rupiah kemarin yang sempat menyentuh Rp16.290/US$, terlemah sejak April 2020. Jokowi menilai, pelemahan rupiah hari ini masih dalam posisi yang bagus di tengah tekanan yang dialami oleh mata semua negara akibat penguatan dolar AS.
“Ketidakpastian global menghantui semua negara tapi kalau masih di angka Rp16.200-Rp16.300 masih posisi yang baik,” kata Jokowi usai menghadiri Ulang Tahun Hipmi, Senin (10/6/2024).
Rupiah menyentuh level terlemah sejak April 2020 ketika pandemi Covid-19 masih panas. Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar spot dan domestic NDF (DNDF) untuk menahan kejatuhan rupiah lebih jauh.
Indonesia memiliki nilai cadangan devisa yang memadai pada akhir Mei menyusul penarikan utang global bond bulan lalu senilai Rp20 triliun. Meski begitu, mengecilnya surplus neraca dagang dan defisit transaksi berjalan yang makin lebar mengerosi dukungan pada rupiah dalam menghadapi turbulensi pasar global.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan tren pelemahan, setelah kemarin terkontraksi dengan cepat break support kuat. Rupiah berpotensi terkoreksi menuju area Rp16.300-Rp16.340/US$. Trendline channel sebelumnya break dan tertembus menjadi support terkuat rupiah kini menjadi level resistance terdekat pada Rp16.250/US$.
Apabila pelemahan kembali berlanjut dengan tekanan yang tinggi, ada trendline garis kuning pada level Rp16.350/US$ akan jadi support paling krusial, bersama Rp16.380/US$, sekaligus support psikologis rupiah.
Sementara resistance selanjutnya ada pada Rp16.200-Rp16.100/US$.
(rui)