Deni mengatakan saat ini tingkat kupon SBR yang dimiliki berada pada level 6,60% per tahun dan dibayar secara bulanan. Serupa dengan yang bertenor 2 tahun, SBR013-T4 juga memiliki jenis kupon floating with floor dengan maksikal pembelian Rp10 miliar.
Deni menjelaskan bahwa kupon floating with floor memiliki keuntungan berupa tingkat kupon yang ditetapkan tidak akan menurun jika suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) turun, justru akan ikut naik jika BI Rate kembali dinaikan.
“Karena biasanya, ketika BI meningkatkan tingkat suku bunga acuan, biasanya insturmen seperti saham, obligasi, reksa dana, itu terkoreksi ke bawah, ini kita bisa kompensasi dengan berinvestasi di SBR yang dia justru akan meningkat tingkat imbal hasil,“ ucap Deni.
Ia juga mengimbau kepada masyarakat yang ingin berinvestasi pada instrumen SBR untuk tak perlu khawatir dengan risiko gagal bayar, sebab instrumen tersebut diterbitkan pemerintah dan dijamin Undang-Undang.
“Ini karena instrumen yang diterbitkan pemerintah, dan pembayaran kupon dan juga pokoknya dijamin UU, maka bisa dibilang risiko gagal bayar adalah 0,” ungkapnya.
Meskipun begitu, ia tetap membeberkan kekurangan dari instrumen investasi satu ini, yakni tak dapat diperjualbelikan. Namun tetap terdapat fitur penebusan lebih awal, misal untuk yang bertenor 2 tahun dapat diambil maksimal 50% setelah melewati tahun pertama dan yang bertenor 4 tahun dapat diambil 50% setelah tahun kedua.
“Jadi itu fitur yang kita sediakan kepada masyarakat utk bisa memanage risiko likuditas ketika mereka berinvestasi di SBR,” pungkasnya.
(azr/roy)