Bloomberg Technoz, Jakarta - Perwakilan The Boeing Company di Indonesia mengatakan bahwa pesawat jet 737 Max merupakan tipe produk pesawat yang paling laris dari pabrikan asal Amerika Serikat (AS) itu.
Country Managing Director Boeing Indonesia Zaid Alami mengatakan tipe pesawat tersebut memiliki kapasitas penumpang dalam rentangan 150 hingga 189 penumpang. Kendati demikian, dia tidak mendetailkan berapa volume 737 yang telah dipesan oleh maskapai di dunia, termasuk Indonesia saat ini.
Selain 737 Max, Zaid mengatakan, Boeing juga memiliki tipe produk 87 Dreamliner, yang diklaim sebagai pesawat paling hemat bahan bakar dalam portofolio perusahaan.
“Kami tentu saja memiliki 787 Dreamliner andalan kami. Itu adalah pesawat berteknologi maju yang paling hemat bahan bakar dalam portofolio kami,” ujar Zaid dalam diskusi media di kantornya, Senin (10/6/2024).

Selanjutnya, Boeing juga tengah mengerjakan varian produk Boeing 777X, yang saat ini masih dalam tahapan pengembangan dan pengujian penerbangan.
Dalam kaitan itu, Zaid menggarisbawahi perusahaan berkomitmen terhadap keselamatan pada setiap rantai pasok di seluruh industri, termasuk di Indonesia.
“Jadi itulah [keselamatan] prioritas nomor satu dan kami sangat fokus pada hal itu. Kami telah melakukan sejumlah perubahan aspek atau elemen untuk benar-benar mengaktifkan dan memfokuskan kembali hal tersebut,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Director Global Supply Chain Boeing Craig Abler mengatakan rantai pasok global industri penerbangan merupakan industri yang diatur secara ketat untuk memastikan kualitas dan keamanan
“Boeing berinvestasi dengan pemasok, jika kami melihat potensi dan kemampuan yang ingin kami manfaatkan, kami benar-benar berinvestasi dan bermitra dengan pemasok tersebut untuk melatih dan membawa mereka ke tingkat yang diperlukan untuk mendapatkan sertifikasi tersebut,” ujar Craig.
Sekadar catatan, Boeing belakangan menjadi pabrikan yang tengah disorot usai sejumlah insiden dan masalah, di mana turbulensi Singapore Airlines Boeing 777-300er menjadi kecelakaan terbaru.
Selain itu, Boeing Co diduga mengambil jalan pintas untuk mengurangi hambatan produksi pesawat 787 Dreamliner yang pada akhirnya dapat merusak integritas struktural lebih dari 1.000 jet berbadan lebar (widebody) yang beroperasi, menurut seorang insinyur berkualitas yang bekerja di pesawat tersebut.
Adapun, maskapai di dunia juga berpotensi mendapatkan implikasi dari beberapa masalah di Boeing. Beberapa waktu lalu, sekumpulan maskapai raksasa global —mulai dari United Airlines Holdings Inc hingga Southwest Airlines Co, Delta Air Lines Inc, dan Alaska Air Group Inc — juga menyoroti tentang bagaimana masalah Boeing memengaruhi bisnis mereka.
Mereka mengeluhkan risiko kekurangan pesawat yang seharusnya diagendakan untuk diterima pada 2024, gegara Boeing memperlambat produksinya. Kerawanan itu pun diproyeksi tidak hanya akan terjadi pada pada tahun ini saja.
Di sisi lain, untuk memesan dari Airbus pun tidaklah mudah karena pabrikan Eropa ini sudah kebanjiran pesanan untuk satu dekade ke depan.
(dov/wdh)