Hal itu berbeda Singapura yang dalam beberapa bulan terakhir bersaing ketat dalam menarik dana nasabah. Tiga bank besar mereka HSBC Singapura, Standard Chartered Bank Singapura, dan DBS Singapura bahkan sangat agresif dalam menaikkan bunga simpanan, termasuk deposito berdenominasi dolar AS. HSBC Singapura tercatat menawarkan bunga deposito dolar berkisar 2,95% hingga 4,50% per tahun untuk tenor satu bulan hingga 12 bulan.
Standard Chartered Bank Singapore menawarkan imbal hasil berkisar 4.58%-4,98% untuk tenor 3 bulan sampai dengan 6 bulan, sementara Bank of China (Hongkong) dalam situs resminya menawarkan bunga deposito dolar AS berkisar 0,75% hingga 0,85% per tahun untuk tenor satu bulan hingga 36 bulan. Selain itu DBS Singapore juga tercatat menawarkan suku bunga deposito AS berkisar antara 4,01% sampai dengan 4,85% dengan tenor satu bulan hingga 12 bulan.
Kekhawatiran tersebut mendorong Bank Indonesia membuat instrumen operasi moneter valas yang baru berbentuk "Term Deposit Valas" yang bisa digunakan para eksportir SDA untuk menyimpan devisa hasil ekspor (DHE) nya.
Sejumlah insentif pun siap ditebar BI guna menarik kembali valas yang selama ini diparkir di luar negeri, kembali ke Indonesia.
Insentif tersebut berupa suku bunga yang lebih kompetitif, pemberian fee untuk perbankan dan pengecualian produk term deposit valas dari komponen Dana Pihak Ketiga (DPK) sehingga tidak perlu dilaporkan sebagai reserve requirement oleh perbankan.
(krz/evs)