Logo Bloomberg Technoz

Tekanan yang dihadapi oleh rupiah tidak sendirian. Mayoritas mata uang Asia pagi ini tertekan oleh dolar AS yang pagi ini dibuka perkasa di pasar Asia ke kisaran 105,166 pada pukul 09:58 WIB.

Won Korea tergerus 0,9% setelah pagi tadi dibuka langsung turun lebih dari 1%. Lalu ringgit juga melemah 0,55%, peso 0,44%, baht 0,27%. Hanya dolar Taiwan, dolar Hong Kong dan rupee India yang masih menguat pagi ini.

Aksi jual yang melanda pasar saham dan surat utang juga semakin menyudutkan rupiah pagi ini. IHSG dibuka anjlok ke 6.860, sementara harga obligasi berjatuhan akibat tekanan jual.

Yield atau imbal hasil Surat Utang Negara pagi ini di semua tenor melesat naik di mana tenor 2Y kini di 6,634%, lalu tenor 5Y di 6,905% dan tenor 10Y di 6,946%.

Kabar buruk AS

Amerika telah melaporkan data terbaru tingkat pengangguran dan penambahan lapangan kerja pada Mei yang mengejutkan pasar dan memantik aksi jual besar-besaran hingga yield atau imbal hasil Treasury, surat utang AS, melompat double digit.

Tingkat pengangguran AS pada Mei naik menyentuh 4%, melampaui ekspektasi pasar yang memperkirakan angkanya masih akan stabil di 3,9%, sama dengan bulan sebelumnya. Sementara penambahan lapangan kerja jauh melampaui prediksi pasar yang hanya memperkirakan penambahan 180.000 lapangan kerja. Faktanya, pada Mei lalu, lapangan kerja di AS bertambah 272.000 pekerjaan.

Sementara pendapatan rata-rata per jam pekerja di AS naik 0,4% dari April dan secara tahunan naik 4,1%. 

Data-data ketenagakerjaan AS yang mengejutkan itu tak ayal pasar semakin gugup memasuki pekan ini ketika Federal Reserve (The Fed) akan menggelar pertemuan Komite Terbuka (FOMC) dan mengumumkan hasilnya pada Kamis nanti. 

Pasar sejauh ini sudah menghapus ekspektasi penurunan bunga The Fed, Fed fund rate (FFR) bulan ini. Sementara harapan penurunan pada September-November dan Desember turut pupus dengan probablitas di bawah 50%.

Bagi para ekonom, data ketenagakerjaan Jumat lalu sangat tidak ramah bagi The Fed. “Datanya tidak mudah bagi The Fed. Tidak ramah bagi pelonggaran. Jika kita melihat data ini saja, itu berarti The Fed kemungkinan akan menahan bunga acuan sampai beberapa bulan ke depan,” komentar Jay Bryson, Kepala Ekonom di bank terbesar AS Wells Fargo & Co, seperti dilansir Bloomberg.

(rui)

No more pages