Tidak Seimbang
Adapun, menurut Jemmy, beberapa faktor yang menyebabkan murahnya produk impor TPT yang masuk ke pasar dalam negeri adalah medan persaingan atau level playing field yang lebih menguntungkan produsen TPT negara lain dibandingkan dengan Indonesia.
Dia mencontohkan produk TPT impor tanpa label berbahasa Indonesia bisa leluasa beredar di dalam negeri, demikian halnya dengan produk impor tanpa ada merek, produk impor yang masuk melewati jalur yang tidak seharusnya, dan sebagainya.
"Praktik ini mengakibatkan kurangnya pemasukan kepada pemerintah dari pajak yang dibayarkan dari impor dan jumlah produk impor yang masuk ke pasar dalam negeri tidak sesuai dengan catatan yang ada. Akibatnya, pemerintah tidak mendapatkan pemasukan negara dan ketahanan industri TPT pun runtuh," terangnya.
Walhasil, turunnya permintaan dan kian ketatnya persaingan dengan produk impor yang lebih murah mengakibatkan banyak pabrik TPT di Indonesia terpaksa melakukan PHK massal. Sentra-sentra industri yang paling terdampak berada wilayah di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
"Hingga Mei 2024, total PHK yang terjadi di industri TPT kurang lebih terdapat 10.800 tenaga kerja yang terkena PHK. Hingga kuartal I-2024 terjadi kenaikan jumlah PHK sebesar 3.600 tenaga kerja atau naik sebesar 66.67% secara year on year (yoy)," ujarnya.
Industri TPT sendiri merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbesar setelah makanan dan minuman (mamin) di industri manufaktur. Kontribusinya per tahun mencapai lebih dari 3 juta pekerja atau hampir 20% dari total serapan tenaga kerja nasional.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, sektor ini dilanda kemalangan seiring dengan badai PHK yang berbanding lurus dengan makin turunnya permintaan.
Bahkan, pada awal 2023 jumlah korban PHK di Indonesia menembus 13.634 orang. Tak hanya itu, korban PHK terbanyak saat itu tercatat berasal dari wilayah Jawa Barat sejumlah 5.603 orang, disusul Jawa Tengah 4.887 orang. Kedua provinsi tersebut diketahui merupakan basis industri TPT di Tanah Air.
Sepanjang Januari hingga Mei 2024, akumulasi pekerja sektor industri TPT yang menjadi korban PHK mencapai 10.800 orang, menurut data Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN), yang dilakukan oleh 5 perusahaan a.l. PT Sae Apparel, PT Sinar Panca Jaya, PT Pulomas, PT Alenatex, dan PT Kusuma Grup.
"Penyebab terjadinya PHK adalah karena order turun sampai tidak ada order sama sekali, baik ekspor maupun lokal," kata Presiden KSPN Ristadi.
Selanggam dengan penjelasan Jemmy, Ristadi menyebut penyebab industri TPT lokal makin sulit bertahan hingga memutuskan pemangkasan tenaga kerja juga dipengaruhi oleh gempuran produk-produk tekstil, khususnya asal China.
"Akibatnya produk tekstil dalam negeri tidak bisa laku karena kalah harga jual," ungkapnya.
(prc/wdh)