Logo Bloomberg Technoz

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Pengusaha menambahkan 272.000 pekerjaan baru pada Mei, melebihi perkiraan survei Bloomberg. Selain itu, pendapatan rata-rata per jam selama 12 bulan meningkat setelah tiga kali penurunan berturut-turut yang mulai meyakinkan Bank Sentral.

Angka-angka tersebut “Membuka kembali pintu yang sedikit lebih luas pada perdebatan mengenai apakah kebijakan tersebut memang seketat yang diperkirakan oleh The Fed,” kata Jeffrey Rosenberg dari BlackRock Inc. di Bloomberg Television pada Jumat kemarin.

Tingkat pengangguran melonjak menyentuh 4%, melampaui ekspektasi pasar yang memperkirakan angkanya masih akan stabil di 3,9%, sama dengan bulan sebelumnya.

Senada, pendapatan rata-rata per jam pekerja di AS meninggi 0,4% dari April sebelumnya, dan secara tahunan mencapai 4,1%.

Data-data ketenagakerjaan AS terbaru yang mengejutkan itu tak akan diragukan menjadi alasan bagi pasar untuk semakin ‘gugup’ memasuki pekan penting ini ketika Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menggelar Pertemuan Komite Terbuka (Federal Open Market Committee/FOMC) dan mengumumkan hasilnya pada Kamis mendatang. 

Pasar sejauh ini sudah menghapus ekspektasi pemangkasan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) bulan ini. Sementara harapan penurunan pada September–November dan Desember pupus dengan probabilitas di bawah 50%.

Bagi para ekonom, data ketenagakerjaan Jumat lalu sangat tidak ramah bagi The Fed.

“Datanya tidak mudah bagi The Fed. Tidak ramah bagi pelonggaran. Jika kita melihat data ini saja, itu berarti The Fed kemungkinan akan menahan bunga acuan sampai beberapa bulan ke depan,” komentar Jay Bryson, Kepala Ekonom di Wells Fargo & Co, mengutip Bloomberg.
 
Kedepan, yang sudah pasti ditunggu-tunggu adalah pengumuman rilis data inflasi Mei Amerika Serikat, dan hasil dari rapat FOMC yang juga dilangsungkan pekan ini. Pernyataan Jerome Powell, Gubernur The Fed, dalam konferensi pers akan menjadi perhatian utama pasar yang masih mencari sinyal lebih banyak tentang prospek suku bunga acuan AS ke depan.

Dari Asia, Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, investor mencerna rilis data Neraca Perdagangan China di mana surplus melebar menjadi US$82,6 miliar di bulan Mei dari sebelumnya US$65,5 miliar pada periode yang sama tahun lalu, lebih besar dari ekspektasi pasar yang surplus US$73 miliar.

“Ini adalah surplus Neraca Perdagangan terbesar sejak Februari seiring dengan laju pertumbuhan ekspor yang lebih cepat dari laju pertumbuhan impor. Ekspor tumbuh 7,6% yoy di bulan Mei, tertinggi dalam empat bulan, dan lebih baik dari ramalan pasar yang tumbuh 6,0% yoy. Impor naik 1,8% yoy, turun tajam dari sebelumnya 8,4% yoy di bulan April, dan lebih rendah dari konsensus pasar yang naik 4,2% yoy,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Dari sisi moneter, Bank Sentral India (Reserve Bank of India/RBI) resmi mempertahankan suku bunga acuan di 6,5% selama delapan bulan berturut-turut, sesuai dengan estimasi pasar di tengah tekanan kenaikan harga dan ketahanan ekonomi yang masih berlanjut.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG ada support di 6.926, dan 6.886. Juga ada resistance di 7.149, dan 7.171.

“Posisi IHSG diperkirakan sedang berada di awal wave [v] dari wave C dari wave (2). Hal tersebut berarti, IHSG rawan melanjutkan koreksinya untuk menguji rentang area 6.884-6.900 sekaligus menutup gap,” papar Herditya dalam risetnya pada Senin (10/6/2024).

Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, CTRA, ICBP, MYOR, dan PGAS.

Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG diperkirakan masih akan bergerak sideways pada kisaran 6.900.

“Pasar respon beragam data-data ekonomi AS di Jumat (7/6). U.S. Non Farm Payrolls naik ke 272 ribu di Mei 2024 dari 175 ribu di April 2024. Kondisi ini yang memicu penurunan peluang pemangkasan sukubunga acuan the Fed berdasarkan CME FedWatch Tools ke 46,6%,” tulisnya.

Akan tetapi, di sisi lain U.S. Unemployment Rate naik 10 bps mtm ke 4% di Mei 2024. Kondisi suku bunga tinggi dan peningkatan tingkat pengangguran memicu kekhawatiran terhadap Outlook ekonomi AS di 2024.

Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi AKRA, INDY, ISAT, ASSA, NCKL, dan JPFA.

(fad)

No more pages