“Waktunya telah tiba untuk membuat keputusan yang berani, mencapai pencegahan yang nyata dan memberikan keamanan kepada penduduk Israel,” tulis Ben Gvir pada media sosial X.
Gantz, salah satu dari tiga orang dalam kabinet perang, sempat mengatakan dalam sebuah konferensi pers yang disiarkan di televisi bahwa Netanyahu sebenarnya mencegah Israel mencapai “kemenangan sejati” dalam perang melawan Hamas. Dia mengkritik sejumlah keputusan perdana menteri yang disebutnya penuh keraguan dan penundaan karena pertimbangan-pertimbangan politis.
Dia pun mendorong pelaksanaan pemilihan umum pada musim gugur tahun ini; atau bertepatan dengan satu tahun serangan Hamas ke Israel yang menjadi awal perang di Jalur Gaza. "Akan menghasilkan sebuah pemerintahan persatuan yang sejati,” kata Ben Gvir.
Kantor pemerintahan Netanyahu tidak segera memberikan komentar.
Gantz menunda pengumumannya satu hari, setelah militer Israel membebaskan empat sandera dalam sebuah operasi di Gaza tengah. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, ada lebih dari 270 warga Palestina tewas dalam operasi tersebut.
Dalam pidatonya, Gantz mengatakan bahwa kampanye militer akan berlangsung selama bertahun-tahun. Dia juga mengklaim tidak dapat memberikan “janji-janji kosong” yang menjamin kemenangan yang mudah dan cepat.
Dia mengatakan bahwa kemenangan sejati menempatkan “membawa pulang sandera di atas kelangsungan hidup politik, menggabungkan keberhasilan militer dengan inisiatif politik dan sipil,” dan harus melibatkan penggantian Hamas dan membangun aliansi regional melawan Iran yang dipimpin oleh AS dan seluruh dunia Barat.
Gantz mengatakan bahwa ia mendukung kesepakatan gencatan senjata yang disetujui oleh kabinet perang dan “yang prinsip-prinsipnya disampaikan oleh Presiden AS Joe Biden. “Saya meminta Perdana Menteri untuk mengumpulkan keberanian yang diperlukan untuk berdiri di belakangnya dan melakukan segalanya untuk mempromosikannya,” katanya dan berjanji untuk mendukung rencana tersebut sebagai pemimpin oposisi.
Tiga minggu yang lalu Gantz mengumumkan bahwa ia akan meninggalkan kabinet perang pada tanggal 8 Juni kecuali jika Netanyahu memenuhi daftar panjang tuntutan yang tidak dipenuhi.
Gantz telah berusaha untuk membentuk sebuah koalisi yang terdiri dari orang-orang Arab, Palestina, Amerika dan Eropa untuk mengatur urusan sipil di jalur pantai dan mengembalikan warga Israel yang telah dievakuasi dari utara karena pertempuran yang sedang berlangsung dengan Hizbullah Libanon ke rumah-rumah mereka pada bulan September. Ia mengatakan Netanyahu perlu meningkatkan hubungan dengan Arab Saudi dan membuat rencana yang sulit dipahami untuk melakukan wajib militer bagi para pemeluk agama.
Gantz, mantan menteri pertahanan dan mantan Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel, telah mengungguli Netanyahu sebagai calon perdana menteri di sebagian besar jajak pendapat yang diadakan sejak awal perang pada Oktober 2023.
(bbn)