Logo Bloomberg Technoz

PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) melaporkan raihan laba tahun lalu, setelah lama terjebak dalam kinerja negatif. Dalam laporan yang diterbitkan akhir pekan lalu, BUMN aviasi ini meraih laba bersih US$ 3,73 miliar. Periode sebelumnya perseroan mencatat rugi US$ 4,15 miliar. Terdapat kenaikan pendapatan sekitar 36% yang membuat kinerja bottom line GIAA jadi berputar 180 derajat. Pendapatan GIAA tercatat US$ 2,1 miliar.

PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) juga mencatat kenaikan laba bersih 1.000% lebih menjadi US$ 530,8 juta. Raihan ini ditopang oleh tingginya pendapatan perusahaan migas milik keluarga Panigoro tersebut, yang tercatat mencapai US$ 2,3 miliar.

Kinerja bursa di Asia hari ini bergerak mayoritas di zona hijau. Indeks Strait Times Singapore +0,69%, indeks Shanghai +0,57%, dan indeks Nikkei 225 +0,55%. Sementara itu, indeks Hang Seng Hong Kong -0,47%, dan indeks Kospi -0,17%.

Pasar global hari ini memfokuskan diri pada kabar penurunan produksi minyak dari OPEC+. Hal ini mendorong kenaikan harga minyak dunia pada kisaran 6%. Pasar keuangan AS merespon dengan penurunan harga saham futures. Imbal hasil olbigasi 2 tahunan AS juga naik menjadi 4,08%.

Keputusan pengurangan 1 juta barel per hari produksi hingga akhir 2023 dari negara-negara penghasil minyak dunia sangat mengejutkan. Pasalnya OPEC+ sebelumnya telah menjamin pasokan minyak akan tetap stabil.

Goldman Sachs Group Inc. merevisi perkiraan harganya untuk minyak mentah Brent dengan proyeksi mencapai US$ 95/barel akhir tahun ini. Untuk Desember 2024 perkiraan harga Brent di US$ 100/barel.

"Bagi investor saham, hal ini bisa menjadi pengingat, karena pasar menyiratkan pandangan yang sangat yakin tentang penurunan suku bunga tetapi tidak ada resesi," kata Ronald Temple, kepala strategi pasar di Lazard Ltd. di New York. 

"Pemotongan produksi OPEC+ adalah pengingat bahwa jin inflasi belum kembali ke botol,"

(fad/wep)

No more pages