Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Amerika Serikat mungkin harus mengerahkan lebih banyak senjata nuklir strategis dalam beberapa tahun mendatang untuk menangkal ancaman yang semakin meningkat dari Rusia, China, dan musuh-musuh lainnya, seorang pembantu senior Gedung Putih mengatakan pada Jumat (7/6/2024).

Pranay Vaddi, pejabat tinggi Dewan Keamanan Nasional, menyampaikan komentarnya dalam sebuah pidato tentang "pendekatan yang lebih kompetitif" terhadap pengendalian senjata yang menguraikan pergeseran kebijakan yang bertujuan untuk menekan Moskow dan Beijing agar membalikkan penolakan terhadap seruan AS untuk melakukan perundingan pembatasan persenjataan.

"Jika tidak ada perubahan dalam persenjataan musuh, kita mungkin akan mencapai titik di tahun-tahun mendatang di mana peningkatan dari jumlah yang dikerahkan saat ini diperlukan. Kita harus sepenuhnya siap untuk melaksanakannya jika presiden membuat keputusan itu," katanya kepada Asosiasi Pengendalian Senjata, dilansir Reuters.

"Jika hari itu tiba, itu akan menghasilkan tekad bahwa lebih banyak senjata nuklir diperlukan untuk menghalangi musuh-musuh kita dan melindungi rakyat Amerika serta sekutu dan mitra kita."

AS saat ini mematuhi batas 1.550 hulu ledak nuklir strategis yang dikerahkan yang ditetapkan dalam perjanjian New START 2010 dengan Rusia meskipun Moskow "menangguhkan" keikutsertaannya tahun lalu karena dukungan AS untuk Ukraina, sebuah langkah yang disebut Washington sebagai "tidak sah secara hukum."

Vaddi berbicara setahun setelah Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan mengatakan kepada kelompok yang sama bahwa tidak ada kebutuhan untuk meningkatkan penyebaran senjata nuklir strategis AS untuk melawan persenjataan Rusia dan China, yang mana dia menawarkan pembicaraan "tanpa prasyarat."

Vaddi mengatakan bahwa pemerintah AS tetap berkomitmen pada kontrol senjata internasional dan rezim non-proliferasi yang dirancang untuk mengekang penyebaran senjata nuklir.

Namun, katanya, Rusia, China, dan Korea Utara "semuanya memperluas dan mendiversifikasi persenjataan nuklir mereka dengan sangat cepat, dan menunjukkan sedikit atau tidak ada ketertarikan dalam pengendalian senjata."

Ketiganya dan Iran "semakin bekerja sama dan berkoordinasi satu sama lain dengan cara-cara yang bertentangan dengan perdamaian dan stabilitas, mengancam Amerika Serikat, sekutu dan mitra kami, serta memperburuk ketegangan di kawasan ini," ujarnya.

Rusia, China, Iran, dan Korea Utara berbagi teknologi rudal dan pesawat tak berawak yang canggih, kata Vaddi, mengutip penggunaan pesawat tak berawak Iran di Ukraina oleh Moskow dan artileri serta rudal Korea Utara, serta dukungan China untuk industri pertahanan Rusia.

(red/ros)

No more pages