Di sisi lain, permintaan batu bara diperkirakan makin berkurang. Penyebabnya adalah ongkos transportasi yang makin mahal, harga gas yang makin murah, dan perlambatan ekonomi terutama di China yang merupakan konsumen batu bara nomor 1 dunia.
“Risiko geopolitik juga membuat keinginan untuk segera melakukan transisi energi makin besar. Oleh karena itu, sepertinya permintaan batu bara dunia akan memuncak pada 2023 dan cenderung turun sesudahnya,” tulis riset itu.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara sejatinya masih ada di area bullish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 55,43. RSI di atas 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Sementara indikator Stochastic RSI berada di 48,57. Menghuni area jual (short) tetapi cenderung netral.
Dengan koreksi yang sudah begitu dalam, harga batu bara pun berpeluang bangkit. Target resisten terdekat ada di US$ 137/ton. Jika tertembus, maka US$ 141/ton bisa menjadi target selanjutnya.
Sedangkan ruang penurunan harga batu bara sudah makin terbatas. Target support terdekat ada di rentang US$ 133-132/ton.
(aji)