Dalam sepekan terakhir, indeks ini sudah terpangkas 0,64%. Selama sebulan ke belakang, koreksinya mencapai 1,25%.
Emas adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. Ketika dolar AS terdepresiasi, maka emas jadi lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lainnya. Permintaan naik, harga pun mengikuti.
Data ketenagakerjaan menjadi pemberat bagi laju dolar AS. Kemarin, Automatic Data Processing Inc (ADP) melaporkan, sektor swasta di Negeri Adikuasa menciptakan 152.000 lapangan kerja pada Mei.
Ini menjadi yang terendah dalam 4 bulan terakhir, dan juga di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan sebanyak 175.000.
Malam ini waktu Indonesia, Departemen Ketenagakerjaan AS akan melaporkan data penciptaan lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll). Jika datanya kembali memburuk, maka terbuka peluang bagi bank sentral Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga acuan.
Mengutip CME FedWatch, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5-5,25% pada September sudah mencapai 55,4%. Penurunan suku bunga tentu menjadi sentimen negatif bagi dolar AS, dan kabar gembira buat emas yang merupakan aset tanpa imbal hasil (non-yielding asset).
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas bertahan di zona bullish. Terbukti dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 55,87. RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Namun perlu diwaspadai bahwa indikator Stochastic RSI berada di 44,89. Masih menghuni zona jual (short) sehingga risiko tekanan menjadi terbuka.
Oleh karena itu, investor perlu berhati-hati karena risiko koreksi harga emas masih ada. Target support terdekat ada di US$ 2.362/troy ons. Jika tertembus, maka US$ 2.347/troy ons boleh menjadi target berikutnya.
Sedangkan target resisten terdekat adalah US$ 2.381/troy ons. Penembusan di titik ini berpotensi membawa harga emas naik menuju US$ 2.403/troy ons.
(aji)