Logo Bloomberg Technoz

BI Ungkap Pelemahan Rupiah Dipicu Politik India hingga Repatriasi

Azura Yumna Ramadani Purnama
07 June 2024 05:40

Karyawan memperlihatkan uang dolar AS dan rupiah di pusat penukaran uang di Jakarta, Rabu (11/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan memperlihatkan uang dolar AS dan rupiah di pusat penukaran uang di Jakarta, Rabu (11/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menjelaskan bahwa nilai tukar yang sempat mencatatkan rekor terlemahnya sejak April 2020, yakni Rp16.286,4 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (5/6/2024) dipengaruhi oleh kondisi politik India hingga permintaan dolar yang relatif tinggi akibat repatriasi.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Edi Susianto mengatakan bahwa melemahnya rupiah pada perdagangan non-deliverable forward (NDF) di pasar New York menyebabkan nilai tukar rupiah di pasar spot mengalami pelemahan yang cukup dalam.

“Rupiah melemah di-trigger [dipicu] oleh closing (penutupan) NDF IDR di pasar NY yang ditutup melemah cukup tajam, sehingga menyebabkan opening pasar spot Rupiah di pasar domestik di pagi hari tadi dibuka dengang melemah yang juga tajam,” kata Edi kepada Bloomberg Technoz, Kamis (6/6/2024).

Selain itu, pelemahan rupiah juga dipengaruhi ketidakpastian global yang masih tidak dapat ditebak. Dalam hal ini, kondisi pemilihan umum (pemilu) yang berlangsung di India turut mempengaruhi anjloknya rupiah kepada besaran terendahnya sejak pandemi Covid-19.

Lebih lanjut, Edi mengatakan pelaku pasar juga masih memandang terdapat permintaan dolar yang relatif cukup tinggi akibat repatriasi. Yakni, kebutuhan impor berbagai korporasi dan pembayaran dividen asing.