Logo Bloomberg Technoz

Secara fundamental makroekonomi, kekuatan rupiah akan ditentukan oleh kondisi transaksi berjalan (current account). Bank sentral memperkirakan, Neraca Pembayaran Indonesia pada kuartal 1-2023 mencatat surplus disokong surplus neraca perdagangan barang. 

Pada Februari lalu, surplus neraca dagang naik dari US$ 3,88 miliar menjadi US$ 5,48 miliar pada Januari 2023. “Pada 2023, kami prakirakan NPI tetap baik dengan transaksi berjalan dalam kisaran surplus 0,4% hingga defisit 0,4% dari Produk Domestik Bruto,” jelas Perry Warjiyo, Gubernur BI pada konferensi pers usai pengumuman BI7DRR, 16 Maret silam.

Adapun pada 2024, BI memprediksi defisit neraca berjalan akan sebesar 1,3% hingga 0,5% dari PDB, kata Perry dalam forum di Bali pekan lalu.

Bank sentral menilai penguatan rupiah akan berlanjut didukung semakin membaiknya prospek ekonomi dan fundamental perekonomian yang kuat disetir oleh inflasi yang kian melandai. Chief Economist Faisal Rachman menambahkan, amunisi moneter baru bank sentral melalui Term Deposit Valas Devisa Hasil Ekspor (DHE) juga akan memberikan dukungan lebih pada penguatan rupiah ke depan. Pada lelang TD Valas DHE terakhir 28 Maret lalu, tercatat penawaran masuk mencapai US$ 38,75 juta. 

Prediksi Faisal, transaksi berjalan Indonesia pada tahun ini akan terkelola di kisaran defisit 1,1% terhadap PDB, dibandingkan dengan surplus 1% terhadap PDB pada 2022 lalu.

Menurut metrik IMF PPP, kurs rupiah terhadap dolar AS tercatat masih undervalued hingga 70% terhadap dolar AS.

"Pertumbuhan yang solid, imbal hasil riil yang atraktif dan kebijakan bank sentral yang konservatif, akan membuat aliran modal asing ke pasar obligasi Indonesia berlanjut dan menguatkan nilai tukar rupiah," tulis Macro Strategist Bloomberg Mark Cudmore, seperti dilansir dari Bloomberg News, 29 Maret lalu.

Analisis Bloomberg Intelligence menyebut, rupiah memiliki alasan kuat untuk terus menguat baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam riset yang dirilis pada 21 Maret lalu, Chief Asia FX and Rates Strategist Stephen Chiu dan Senior Associate Analyst Chunyu Zhang dari Bloomberg Intelligence menulis, dalam jangka panjang rupiah bisa melanjutkan penguatan begitu Indonesia mampu memanfaatkan secara optimal cadangan nikel yang dimiliki apakah itu dalam bentuk peningkatan nilai pasokan atau pencabutan larangan ekspor. 

"Itu seharusnya lebih dari cukup untuk mengesampingkan halangan jangka panjang seperti kekhawatiran atas fiskal dan penurunan investasi," tulis Bloomberg Intelligence.

Kepemilikan asing di SBN mencapai posisi tertinggi sepanjang 2023

Sementara itu dalam jangka pendek dan menengah, rupiah mendapatkan dukungan dari inflasi domestik yang terus melandai dibanding dengan tingginya inflasi AS. Kepemilikan pemodal asing di Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 816,3 triliun per 30 Maret, tertinggi sepanjang 2023. Nilai itu setara 14,85% dari total SBN yang diperdagangkan di pasar.

Membuka perdagangan hari pertama April, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih bertahan diperdagangkan di kisaran Rp 14.990/US$ pada pukul 09:58 WIB, Senin (3/4/2023).

(rui/aji)

No more pages