“Oleh karena itu, pelanggan yang saat ini menggunakan kendaraan yang terkena dampak tidak perlu melakukan tindakan apa pun dan dapat terus menggunakan kendaraannya,” tuturnya.
CEO Honda Motor Co Toshihiro Mibe sebelumnya merespons temuan Kementerian Transportasi Jepang terkait dengan pelanggaran data uji keselamatan terhadap puluhan perusahaan otomotif di Negeri Sakura awal pekan ini.
Honda sendiri diketahui telah memalsukan data terkait kebisingan dan keluaran mesin bensin, yang berdampak pada lebih dari 3 juta unit mobil yang beredar di Jepang.
Meski begitu, perusahaan memastikan pelanggan tetap dapat menggunakan kendaraannya — termasuk Accord dan Odyssey — karena memenuhi standar hukum.
Produsen mobil tersebut tidak menemukan adanya pemalsuan untuk mobil yang saat ini dijual, atau untuk model yang akan datang.
“Proses pengujian kami bertujuan untuk membuat pengujian lebih efisien, sehingga kami tidak perlu mengulanginya lagi,” kata CEO Honda Toshihiro Mibe, Senin, dikutip Bloomberg.
“Peraturan pemerintah terus berubah dan mungkin berisiko, jadi [untuk menghindari hal tersebut] kami bertujuan untuk memperkenalkan sistem yang tidak memerlukan campur tangan manusia mulai tahun depan.”
Pada Senin, Kementerian Transportasi Jepang juga melaporkan sebanyak 6 kendaraan ditangguhkan pengiriman dan penjualannya, termasuk 3 model yang diproduksi oleh Toyota.
Usut punya usut, Toyota ternyata menyerahkan data yang salah terhadap uji keselamatan pejalan kaki untuk 3 model mobil, yakni Corolla Fielder, Corolla Axio, dan Yaris Cross.
Perusahaan juga dilaporkan menggunakan kendaraan percobaan yang sudah dimodifikasi dalam uji tabrak terhadap 4 model sebelumnya, termasuk Crown.
Toyota termasuk di antara lima produsen mobil —termasuk Honda dan Mazda — yang ditemukan memalsukan atau memanipulasi data keselamatan saat mengajukan permohonan sertifikasi.
“Kami mengabaikan proses sertifikasi dan memproduksi mobil kami secara massal tanpa terlebih dahulu mengambil langkah pencegahan yang tepat,” ungkap Chairman Toyota Akio Toyoda kepada wartawan, Senin.
“Untuk itu kami meminta maaf kepada pelanggan kami dan seluruh pecinta otomotif.”
Tak hanya Toyota, Mazda pun mengakui telah memalsukan hasil uji tabrak dengan sengaja merusak unit yang digunakan untuk pengujian pada 5 model, termasuk Mazda 2 dan Roadster RF, menurut pernyataan perusahaan pada Senin.
Kejanggalan teridentifikasi pada lebih dari 150.000 unit yang diproduksi pabrikan mobil tersebut sejak 2014 untuk pasar Jepang.
“Kami akan menanggung biaya yang dikeluarkan pemasok karena penghentian pengiriman,” kata Chief Executive Officer Mazda Masahiro Moro, seraya menambahkan perusahaan akan melakukan upaya untuk mencegah terulangnya penyimpangan tersebut.
Penghentian ini kemungkinan akan mempengaruhi 3.500 pesanan dan Mazda belum mempertimbangkan opsi recall penarikan dari pasar pada saat ini.
Moro mengaitkan masalah data ini dengan kesalahan penafsiran karyawan terhadap manual prosedur yang tidak jelas, bukan karena “penutupan organisasi” atau “pemalsuan yang berbahaya.”
(wdh)