Konsensus pasar memperkirakan perekonomian AS menciptakan 190 ribu lapangan kerja non-pertanian (Non-Farm Payroll/NFP) pada Mei. Lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebanyak 175 ribu.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, karena The Fed diperkirakan akan tetap mempertahankan kebijakannya di pekan depan, fokus pertemuan adalah pada Ringkasan Proyeksi Ekonomi yang terbaru. Pada Maret lalu, pejabat The Fed mempertahankan Outlook mereka untuk tiga kali pemangkasan suku bunga acuan pada 2024.
"Titik tersebut kemungkinan akan berkumpul di sekitar satu, atau dua penurunan suku bunga tahun ini," kata Stephen Brown di Capital Economics.
"Namun karena inflasi turun sedikit lebih cepat daripada yang diperkirakan para pejabat dan pertumbuhan PDB mengecewakan, asumsi dasar kami tetap bahwa The Fed akan melakukan penurunan suku bunga pada September,” tambahnya.
Seiringan dengan itu, dengan trader yang hampir sepenuhnya memperhitungkan dua penurunan suku bunga oleh bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) pada 2024.
CME FedWatch Tools mencatatkan kenaikan signifikan pada peluang dipangkasnya suku bunga acuan ke 5,00 – 5,25% pada September 2024 mencapai 58% pada pagi ini. Melonjak dibandingkan sepekan lalu yang di kisaran 45,1% untuk periode yang sama.
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, data ekonomi AS terkini memperlihatkan sinyal pelemahan lebih lanjut pada pasar tenaga kerja di AS
“Investor sebenarnya menginginkan pasar tenaga kerja dan ekonomi secara umum untuk tumbuh lebih lambat sehingga dapat membantu mengendalikan inflasi dan meyakinkan bank sentral AS (Federal Reserve) untuk menurunkan suku bunga yang akan mengurangi tekanan di pasar modal,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Namun demikian, yang menjadi sumber kekhawatiran investor adalah apakah perlambatan ekonomi akan terjadi lebih buruk dari perkiraan, dan berujung pada resesi ekonomi. Di mana resesi ekonomi tidak hanya akan memicu gelombang PHK tapi juga akan memangkas laba korporasi yang tentunya akan menekan kinerja pasar saham.
Dari dalam negeri, mencermati Rupiah yang melemah ke level terendah sejak 2020, atau 4 tahun, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pada Rabu lalu menyatakan, Bank Sentral akan melanjutkan berbagai upaya agar stabilitas Rupiah terjaga dan menahan arus keluar modal asing.
BI terindikasi mengintervensi pasar spot dan DNDF pada Rabu kemarin untuk menahan kejatuhan rupiah lebih dalam, seperti dinyatakan oleh Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Edi Susianto, mengutip laman Bloomberg.
Kini di pasar mulai berhitung kemungkinan kenaikan suku bunga acuan BI-Rate lagi tahun ini dengan Rupiah yang terus terpuruk seperti saat ini dan mengancam pembengkakan subsidi BBM dan defisit APBN lebih jauh.
BI akan mengumumkan posisi Cadangan Devisa Mei pada Jumat besok, dan diperkirakan akan ada kenaikan seiring dengan emisi global bond oleh pemerintah bulan lalu dan pergerakan rupiah selama Mei yang cenderung stabil.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG terkoreksi agresif 2,14% ke 6.947 disertai dengan munculnya volume penjualan.
“Dengan terkoreksinya IHSG ke bawah area support 6.958, maka dengan demikian posisi IHSG diperkirakan sedang berada di awal wave [v] dari wave C dari wave (2). Hal tersebut berarti, IHSG rawan melanjutkan koreksinya untuk menguji rentang area 6.884-6.900 sekaligus menutup gap,” papar Herditya dalam risetnya pada Kamis (6/6/2024).
Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, ASII, BULL, KLBF, dan MEDC.
Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, dengan turut mempertimbangkan penguatan signifikan indeks-indeks global seiring dengan perubahan pandangan pasar terhadap arah kebijakan moneter The Fed, dan antisipasi pemangkasan ECB Rate, IHSG tetap berpeluang rebound, kembali ke atas level psikologis 7.000 di Kamis.
“CME FedWatch Tools mencatat kenaikan signifikan pada peluang pemangkasan The Fed Rate di September 2024,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi BBCA, BBRI, BBNI, ASII, TLKM, JSMR, dan SIDO.
(fad)