Untuk sementara, pasar masih menikmati sentimen positif dari kebangkitan indeks saham Wall Street yang mencetak rekor baru berkat saham NVidia dan yield Treasury yang bergerak turun.
Mata uang Asia bergerak menguat di pembukaan pasar pagi ini di mana won Korea dibuka kuat 0,28%, dolar Hong Kong 0,02%, baht Thailand juga mneguat 0,09%, dolar Singapura 0,09% dan dolar Taiwan 0,18%.
Permintaan dolar AS
Secara historis, permintaan dolar AS memang memuncak pada kuartal dua setiap tahun. Selain permintaan dolar AS rutin oleh BUMN seperti Pertamina dan PLN, the greenback juga banyak diburu sejurus dengan kedatangan musim haji di mana permintaan valas oleh calon jamaah haji bisa mencapai US$1,4 miliar, menurut perhitungan Bahana Sekuritas. Situasi itu berlangsung di tengah surplus neraca dagang yang kian menyempit, membuat posisi rupiah rentan.
Ditambah lagi sentimen terkait defisit APBN pada pemerintahan baru nanti yang diperkirakan membengkak hingga menyentuh 2,82% dari Produk Domestik Bruto, memicu kekhawatiran di pasar surat utang. Sedangkan di pasar saham, tekanan dari saham-saham terafiliasi taipan Prajogo Pangestu telah membuat IHSG terjerembab ke level di bawah 7.000.
Imbal hasil SBN kemarin bergerak naik di 6,564% untuk tenor 2Y dan 10Y di 6,922%. Hanya tenor 5Y dan 6Y yang turun tipis ke 6,864% dan 6,841%.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pada Rabu lalu menyatakan, bank sentral akan melanjutkan berbagai upaya agar stabilitas rupiah terjaga dan menahan arus keluar modal asing. BI terindikasi mengintervensi pasar spot dan DNDF pada Rabu kemarin untuk menahan kejatuhan rupiah lebih dalam, seperti dinyatakan oleh Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Edi Susianto, seperti dilansir dari Bloomberg.
Kini di pasar mulai berhitung kemungkinan kenaikan bunga acuan BI rate lagi tahun ini dengan rupiah yang terus terpuruk seperti saat ini dan mengancam pembengkakan subsidi BBM dan defisit APBN lebih jauh.
BI akan mengumumkan posisi cadangan devisa Mei pada Jumat esok dan diperkirakan akan ada kenaikan seiring dengan emisi global bond oleh pemerintah bulan lalu dan pergerakan rupiah selama Mei yang cenderung stabil.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah masih akan berpotensi melemah dengan koreksi terdekat menuju level Rp16.300/US$ yang merupakan support usai menjebol MA-50 dan MA-100 dengan target pelemahan selanjutnya akan tertahan di Rp16.340/US$.
Apabila kembali break support tersebut, berpotensi melemah lanjutan dengan menuju level Rp16.350/US$ sampai dengan Rp16.380/US$ sebagai support terkuat, yang belum pernah tersentuh selama 4 tahun, atau sejak 2020.
Sebaliknya, jika nilai rupiah terjadi penguatan hari ini, resistance menarik dicermati pada level Rp16.250/US$ dan selanjutnya Rp16.200/US$. Adapun dalam tren jangka menengah (Mid-term) rupiah masih ada potensi penguatan, meski kian terbatas untuk kembali ke level Rp16.100/US$ potensial.
(rui)